Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Homofon Dalam Bahasa Jawa

Detail Contoh Kata Homofon Koleksi Nomer 4

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang kaya dengan kosakata dan struktur bahasanya. Salah satu fenomena menarik dalam Bahasa Jawa adalah adanya homofon, yaitu kata-kata yang memiliki pengucapan yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Berikut ini adalah contoh-contoh homofon dalam Bahasa Jawa:

1. Jawa (bahasa) dan Jawa (orang)

Kata "Jawa" dalam Bahasa Jawa bisa merujuk pada bahasa Jawa itu sendiri, atau bisa juga merujuk pada orang Jawa. Misalnya, "Aku ngerti banget Bahasa Jawa" artinya "Aku sangat mengerti bahasa Jawa." Sedangkan "Aku ketemu Jawa di pasar tadi" artinya "Aku bertemu dengan orang Jawa di pasar tadi."

2. Loro (dua) dan loro (sakit)

Kata "loro" dalam Bahasa Jawa memiliki dua makna yang berbeda. Pertama, "loro" bisa berarti "dua" seperti dalam kalimat "Aku arep nggoleki loro teman" yang artinya "Aku ingin mencari dua teman." Kedua, "loro" juga bisa berarti "sakit" seperti dalam kalimat "Aku lumayan loro, aku mesti istirahat" yang artinya "Aku agak sakit, aku harus istirahat."

3. Wala (masuk) dan wala (takut)

Kata "wala" dalam Bahasa Jawa juga memiliki dua arti yang berbeda. Pertama, "wala" bisa berarti "masuk" seperti dalam kalimat "Aku arep wala nang pasar" yang artinya "Aku ingin masuk ke pasar." Kedua, "wala" juga bisa berarti "takut" seperti dalam kalimat "Aku wala nganti minggu depan" yang artinya "Aku takut sampai minggu depan."

4. Dino (hari) dan dino (sudah)

Kata "dino" dalam Bahasa Jawa juga merupakan contoh homofon. Pertama, "dino" bisa berarti "hari" seperti dalam kalimat "Dino Selasa aku mesti kerja" yang artinya "Hari Selasa aku harus bekerja." Kedua, "dino" juga bisa berarti "sudah" seperti dalam kalimat "Aku dino mangan" yang artinya "Aku sudah makan."

5. Lale (bola) dan lale (bermain)

Kata "lale" dalam Bahasa Jawa bisa merujuk pada "bola" atau bisa juga merujuk pada "bermain." Misalnya, "Aku arep mangan lale" artinya "Aku ingin makan bola" dan "Aku arep lale nang taman" artinya "Aku ingin bermain di taman."

6. Bubur (makanan) dan bubur (jauh)

Kata "bubur" dalam Bahasa Jawa memiliki dua makna yang berbeda. Pertama, "bubur" bisa berarti "makanan" seperti dalam kalimat "Aku suka mangan bubur" yang artinya "Aku suka makan bubur." Kedua, "bubur" juga bisa berarti "jauh" seperti dalam kalimat "Rumahku bubur karo pasar" yang artinya "Rumahku jauh dari pasar."

7. Gowo (punya) dan gowo (tangan)

Kata "gowo" dalam Bahasa Jawa juga merupakan contoh homofon. Pertama, "gowo" bisa berarti "punya" seperti dalam kalimat "Aku gowo pitakonan iki" yang artinya "Aku punya pertanyaan ini." Kedua, "gowo" juga bisa berarti "tangan" seperti dalam kalimat "Aku arep gowo tanganmu" yang artinya "Aku ingin memegang tangannya."

8. Jalan (jalan kaki) dan jalan (jalan raya)

Kata "jalan" dalam Bahasa Jawa juga memiliki dua arti yang berbeda. Pertama, "jalan" bisa berarti "jalan kaki" seperti dalam kalimat "Aku arep jalan nang warung" yang artinya "Aku ingin jalan kaki ke warung." Kedua, "jalan" juga bisa berarti "jalan raya" seperti dalam kalimat "Aku arep numpak motor nang jalan" yang artinya "Aku ingin naik motor di jalan raya."

9. Ngerti (mengerti) dan ngerti (tidak tahu)

Kata "ngerti" dalam Bahasa Jawa juga merupakan contoh homofon. Pertama, "ngerti" bisa berarti "mengerti" seperti dalam kalimat "Aku ngerti banget Bahasa Jawa" yang artinya "Aku sangat mengerti bahasa Jawa." Kedua, "ngerti" juga bisa berarti "tidak tahu" seperti dalam kalimat "Aku ngerti ora karep ngomong apa" yang artinya "Aku tidak tahu mau bicara apa."

10. Adus (mandi) dan adus (kepala)

Kata "adus" dalam Bahasa Jawa juga bisa merujuk pada "mandi" atau bisa juga merujuk pada "kepala." Misalnya, "Aku arep adus nang banyu" artinya "Aku ingin mandi di air" dan "Aku arep adus tanganmu" artinya "Aku ingin mencuci kepalamu."

Itulah contoh-contoh homofon dalam Bahasa Jawa. Fenomena ini menambah keunikan Bahasa Jawa dan menunjukkan kekayaan budaya di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Bahasa Jawa.