Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia
FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TOPIK 4 - AKSI NYATA
Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel ataujurnal untuk menguatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abadke-21 dengan mengacu pada panduan berikut:
1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.
Jawaban :
Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna jati diri bangsa Indonesia. Sila-sila yang terkandung di Pancasila merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Zaman yang telah berubah dan berkembang pesat memasuki abad ke-21 harusnya tidak mengubah karakter dan perilaku bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus terus dilakukan.
Tujuan pengamalan sila pancasila yaitu terwujudnya bangsa Indonesia yang sesuai marwah jati dirinya. Manusia Indonesia menjadi kuat nasionalismenya dan tidak terpengaruh oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan identitas manusia Indonesia.
Salah satu contoh penerapan sila pancasila dalam Pendidikan diimplementasikan melalui Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ciri utama profil pelajar Pancasila diidentifikasikan dengan enam elemen yaitu 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) bergotong royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif, seperti ditunjukkan oleh gambar berikut:
Projek penguatan profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Bagi pekerja di dunia modern, keberhasilan menjalankan projek akan menjadi prestasi. Dalam skema kurikulum, pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila terdapat di dalam rumusan Kepmendikbudristek No.56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran yang menyebutkan bahwa Struktur Kurikulum di jenjang PAUD serta Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri atas kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Penguatan projek profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Di balik mulianya tujuan penerapan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 ada beberapa hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dari segi sekolah, keluarga, dan masyarakat yaitu :
a. Sekolah
Ketidaksiapan sekolah menjalankan proyek penguatan profil pelajar Pancasila mulai dari kurikulum, SDM, sarana/prasarana, lingkungan belajar, dan anggaran.
Belum seluruhnya instansi di Indonesia menerapkan kurikulum merdeka. Para guru belum memiliki kecakapan pengetahuan dan keterampilan dalam pendampingan pelaksanaan profil pelajar Pancasila kepada peserta didik. Apabila peserta didik diarahkan menjalankan suatu proyek yang terintegrasi dalam mata pelajaran terkadang terhalang kurangnya waktu antara teori dan praktik di lapangan.
Lingkungan belajar seringkali dimaknai sekolah hanya dalam ranah lingkungan sekolah saja, padahal tempat wisata, museum, komunitas setempat bisa menjadi ajang belajar. Hanya saja dalam ranah ini pun memiliki kendala waktu dan anggaran. Jadi, memang pelu perombakan khusus baik sistem dan keluarannya atau bisa juga mengolaborasikan yang saat ini sudah berjalan di sekolah dengan panduan pelaksanaan profil pelajar Pancasila.
b. Keluarga
Keluarga merupakan satuan terkecil di dalam perkembangan peserta didik, namun menjadi lingkungan pertama yang memiliki pengaruh besar Pendidikan. Hanya saja masih banyak orang tua yang belum menerapkan kurikulum keluarga berdasarkan visi-misi yang dianutnya disesuaikan dengan agama dan pancasila.
Keluarga seolah terpisah dari Pendidikan di sekolah. Pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman belajar peserta didik terhenti di dalam ranah sekolah dan terabaikan saat memasuki rumah. Misalnya penerapan sila pertama pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa di sekolah diajarkan untuk beribadah berjamaah sesuai agama dan keyakinan masing-masing, namun saat di rumah aktivitas tersebut terputus. Pembelajaran akhirnya menjadi tidak bermakna lagi. Contoh lainnya dalam penerapan sila pancasila Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan, seringkali anak tidak dilibatkan menyampaikan pendapat dalam diskusi/musyawarah keluarga.
Peran orang tua sangatlah penting dalam proses pembelajaran yang komprehensif terutama akhlak, karakter, dan sikap nasionalisme. Perlu ada kurikulum khusus antara sekolah dan setiap rumah yang saling berkolaborasi mewujudkan visi Pendidikan nasional.
c. Masyarakat
Lingkungan masyarakat menurut Ki Hadjar Dewantara menjadi salah satu dari Tri Pusat Pendidikan. Itu artinya sekelompok orang di dalam satuan dusun/desa/kalurahan/kabupaten turut berperan menjadi pendidik bagi anak-anak bangsa Indonesia. Sama seperti halnya keluarga, anak-anak dapat mengimplementasikan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman di lingkungan masyarakat atau justru turut belajar di dalamnya.
Di era sekarang, generasi Z lebih sering terkungkung dalam dunianya sendiri, sedikit atau bahkan tidak peduli dengan permasalahan di luar dirinya. Akhirnya generasi ini tumbuh menjadi pribadi yang serba instan, cuek, malas, tidak kreatif, dll. Sayang sekali pengetahuan yang diajarkan oleh para pendidik menjadi teori belaka.
Karang taruna yang terdiri dari sekelompok anak remaja dan dewasa di lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam meningkatkan kepekaan intelektual, afektif, dan psikomotorik generasi Z. Oleh karena itu pemimpin terkecil di dalam masyarakat misalnya RT, RW, dan Kepala Desa harus beriringan membangun dan mendampingi komunitas tersebut.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).
Jawaban :
Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan berikut :
a. Elemen Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
1) Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ibadah berdasarkan agama atau keyakinan masing-masing. Misalnya peserta didik untuk yang beragama Islam membaca Al-Qur’an setiap pagi sebelum memulai pembelajaran di kelas.
2) Membiasakan peserta didik berdoa sebelum dan sesudahmelakukan aktivitas belajar.
3) Ibadah berjamaah di sekolah sesuai agama dan keyakinan masing- masing.
4) Saling menghargai dan toleransi antar agama.
5) Saling menyayangi, membantu atau tolong menolong kepada warga sekolah, hewan, maupun tumbuhan.
b. Elemen Berkebhinekaan Global
1) Melaksanakan pembelajaran di kelas yang bermuatan lokal dan seni budaya sesuai daerah sekolah masing-masing agar siswa mengenal identitas budaya daerah.
2) Guru melaksanakan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur kearifan lokal pada setiap mata pelajaran.
3) Melaksanakan peringatan hari besar Nasional seperti memakai baju adat saat Hari Peringatan Sumpah Pemuda, perayaan HUT daerah, dll.
4) Melakukan pembelajaran di luar kelas dengan mengunjungi situs budaya atau perayaan adat tertentu di daerah sekolah masing- masing.
5) Mengikuti ekstrakurikuler tari daerah, seni suara (misal sinden), dan seni gamelan.
c. Elemen Bergotong Royong
1) Melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang akan melatih kerja sama dan semangat gotong royong peserta didik.
2) Melakukan kegiatan membersihkan sekolah, masjid, atau tempat tertentu secara bersama-sama.
3) Melakukan jadwal piket sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
4) Membantu guru, karyawan, atau teman yang sedang mengalami kesulitan.
d. Elemen Mandiri
1) Memberikan tantangan pembelajaran kepada peserta didik agar diselesaikan secara individu
2) Memberikan peserta didik sarana dalam mengasah kemandirian seperti dalam OSIS, MPK, Kewirausahaan, dan ekstrakurikuler lainnya.
3) Mengerjakan soal ulangan dengan jujur dan percaya diri
e. Elemen Bernalar Kritis
1) Guru melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik misalnya dengan strategi Inquiry, Discovery Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning, Jigsaw, dll.
2) Peserta didik diberikan tantangan atau suatu proyek misalnya membuat Kegiatan Lomba Festival Bulan Bahasa, Pentas Seni, Pembuatan Majalah Sekolah, Kegiatan Sedekah atau Donasi ke lingkungan sekitar sekolah, dll.
f. Elemen Kreatif
1) Pembelajaran dengan membuat produk infografis, mind mapping, proposal, video, podcast, dll.
2) Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa seperti pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning, dll
3) Peserta didik diajak mendemonstrasikan suatu materi di depan kelas secara berkelompok.