Erik Erikson adalah seorang psikolog dari Amerika Serikat yang merupakan salah satu tokoh penting dalam bidang perkembangan manusia. Ia dikenal dengan teori perkembangan psikososialnya yang terkenal hingga saat ini. Teori tersebut menjelaskan tentang tahapan-tahapan perkembangan manusia dari masa bayi hingga dewasa dan bagaimana setiap individu menghadapi konflik dalam tahapan tersebut.
Tahapan Perkembangan Anak Menurut Erikson
Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan psikososial pada manusia. Setiap tahapan memiliki konflik tertentu yang harus diatasi oleh individu agar dapat berkembang dengan baik. Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan anak menurut Erikson:
1. Tahap Bayi (0-18 bulan)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara kepercayaan dan ketidakpercayaan. Anak akan belajar untuk mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua atau pengasuhnya. Jika anak merasa percaya dan aman, maka ia akan berkembang dengan baik. Namun, jika ia merasa tidak percaya dan takut, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
2. Tahap Balita (18 bulan-3 tahun)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara otonomi dan rasa malu dan ragu. Anak akan belajar untuk mandiri dan melakukan hal-hal sendiri atau merasa malu dan ragu untuk melakukannya. Jika anak berhasil merasa mandiri, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang baik. Namun, jika ia merasa malu dan ragu, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
3. Tahap Pra-sekolah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara inisiatif dan rasa bersalah. Anak akan belajar untuk mengambil inisiatif dalam melakukan hal-hal baru atau merasa bersalah karena mengambil inisiatif tersebut. Jika anak berhasil mengambil inisiatif dengan baik, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun, jika ia merasa bersalah, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
4. Tahap Sekolah Awal (6-12 tahun)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara usaha untuk meraih kompetensi dan perasaan rendah diri. Anak akan belajar untuk meraih kompetensi atau merasa rendah diri karena tidak mampu meraih kompetensi tersebut. Jika anak berhasil meraih kompetensi dengan baik, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun, jika ia merasa rendah diri, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
5. Tahap Remaja Awal (12-18 tahun)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara identitas dan peran yang diharapkan oleh masyarakat. Anak akan belajar untuk menemukan identitasnya sendiri atau merasa tertekan untuk memenuhi peran yang diharapkan oleh masyarakat. Jika anak berhasil menemukan identitasnya sendiri, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun, jika ia merasa tertekan, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
6. Tahap Remaja Akhir (18-25 tahun)
Pada tahap ini, anak menghadapi konflik antara intimitas dan isolasi. Anak akan belajar untuk membentuk hubungan yang dekat dengan orang lain atau merasa terisolasi karena tidak mampu membentuk hubungan tersebut. Jika anak berhasil membentuk hubungan yang dekat dengan orang lain, maka ia akan merasa bahagia dan puas. Namun, jika ia merasa terisolasi, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
7. Tahap Dewasa Awal (25-40 tahun)
Pada tahap ini, individu menghadapi konflik antara generativitas dan stagnasi. Individu akan belajar untuk memberikan kontribusi positif pada masyarakat atau merasa stagnan dan tidak memberikan kontribusi positif. Jika individu berhasil memberikan kontribusi positif pada masyarakat, maka ia akan merasa puas dan bahagia. Namun, jika ia merasa stagnan, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
8. Tahap Dewasa Tengah dan Akhir (40 tahun ke atas)
Pada tahap ini, individu menghadapi konflik antara integritas dan putus asa. Individu akan belajar untuk merasa puas dengan hidupnya atau merasa putus asa karena banyak hal yang tidak tercapai. Jika individu merasa puas dengan hidupnya, maka ia akan merasa bahagia dan puas. Namun, jika ia merasa putus asa, maka ia akan mengalami kesulitan dalam berkembang.
Kesimpulan
Teori perkembangan anak menurut Erik Erikson sangat penting untuk dipahami oleh orang tua atau pengasuh dalam mendidik dan merawat anak. Dengan memahami tahapan-tahapan perkembangan anak, orang tua atau pengasuh dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat pada anak agar dapat berkembang dengan baik. Selain itu, teori ini juga dapat membantu individu dalam menghadapi konflik dalam kehidupan sehingga dapat berkembang dengan baik dan merasa puas dengan hidupnya.