Macam - Macam Asesmen atau Penilaian Literasi
A. Asesmen Penilaian Literasi
Penilaian literasi lebih dari sekadar tes. Kegiatan tersebut merupakan proses yang mengintegrasikan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Serafini (2001) menggambarkan kegiatan penilaian merupakan proses inkuiri yang diterapkan oleh guru dalam rangka memperoleh informasi kemajuan belajar peserta didik. Guru harus memahami bahwa keterampilan membaca dan menulis diperoleh dari serangkaian kegiatan membaca dan menulis itu sendiri serta pengaplikasian keterampilan dan strategi dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, saat melakukan penilaian terhadap menulis dan membaca, guru harus memperhatikan tujuan berikut ini :
- Memonitor proses belajar peserta didik.
- Mengidentifikasi tingkat keterampilan membaca peserta didik.
- Mendiagnosa permasalahan dalam membaca.
- Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menulis.
- Mengidentifikasi perkembangan ejaan peserta didik.
- Mendokumentasikan hasil proses belajar peserta didik.
- Menunjukkan hasil terbaik dari pekerjaan peserta didik.
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran tersebut, guru hendaknya memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan, kemajuan, masalah, dan kesulitan belajar peserta didik akan diketahui. Informasi yang harus terekam melalui proses ini meliputi tiga ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang ketiga ranah tersebut dalam proses belajar dibutuhkan berbagai macam bentuk penilaian baik tes maupun non-tes.
1) Observasi Catatan Anekdot
Mengamati perilaku literasi peserta didik saat mereka berpartisipasi dalam pengajaran literasi atau kegiatan terkait adalah cara yang efektif untuk menilai kemajuan literasi. Observasi berguna untuk menjawab pertanyaan literasi seperti: Langkah-langkah apa dalam proses menulis yang digunakan peserta didik? Bagaimana peserta didik mendiskusikan tulisan mereka dalam kelompok menulis mereka? Seberapa akurat peserta didik membuat prediksi tentang bacaan mereka? Untuk menjawab pertanyaan ini dan pertanyaan literasi lainnya, dorong guru untuk melakukan pengamatan terhadap peristiwa dan aktivitas literasi yang sebenarnya dan mencatat pengamatan tersebut. Tujuan dan instruksi membaca dan menulis berdasarkan kurikulum literasi sekolah dapat berfungsi sebagai panduan untuk apa yang harus diamati dan dicatat oleh guru.
Jenis lain dari perilaku kelas juga dapat menjadi dasar untuk observasi guru (Acheson, 1997). Ini dapat mencakup perilaku peserta didik di kelas, interaksi mereka dengan peserta didik lain, dan seberapa baik mereka menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru dapat menggunakan pengamatan mereka untuk menilai pembelajaran peserta didik serta keefektifan pembelajaran instruksi mereka sendiri. Pengamatan mereka dapat menginformasikan rencana untuk rencana selanjutnya. Berdasarkan observasi disusunlah catatan anekdot.
Catatan anekdot merupakan catatan singkat dan informal yang ditulis guru. Tulisan ini mencakup bagaimana sikap peserta didik dalam belajar, pertanyaan yang diajukan peserta didik, serta strategi dan keterampilan yang diaplikasikan maupun yang tidak. Catatan ini pun memuat sikap atau keterampilan yang diharapkan muncul di kegiatan berikutnya.
Catatan anekdot sangat baik dilakukan karena akan mencatat informasi yang bermanfaat untuk disampaikan kepada orang tua. Catatan ini bisa dimasukkan ke dalam portofolio sehingga guru bisa melihat perjalanan belajar peserta didik.
Contoh Catatan Anekdot

Catatan anekdot dapat dilakukan tanpa persiapan dan perencanaan. Guru bisa saja belum mengetahui akan mencatat peserta didik yang mana. Guru dapat secara spontan mencatat perilaku yang dominan dan menganggap apa yang diamati atau yang terjadi di dalam kelas, patut untuk didokumentasikan.
2) Tugas Kinerja
3) Rubrik
Apa yang dimaksud dengan rubrik? Apa manfaatnya?
Rubrik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik melalui suatu produk atau kinerja. Di dalam rubrik terdapat kriteria yang harus dinilai. Selain itu juga, di dalam rubrik terdapat level yang menunjukkan tingkatan pencapaian. Rubrik memberikan manfaat saat guru akan menilai suatu produk atau kinerja yang tidak bisa dinilai melalui tes. Rubrik dapat memperlihatkan kelemahan dan kekuatan setiap peserta didik di area tertentu. Hal ini sangat membantu guru dalam membuat program pembelajaran selanjutnya.
Bagaimana mengembangkan rubrik?
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan sederhana.
- Satu rubrik digunakan hanya untuk satu penugasan. Akan tetapi, ada pula rubrik yang sifatnya generik, artinya bisa digunakan untuk penugasan dengan keterampilan yang sama, misalnya diskusi dan presentasi. Hal-hal yang dinilai untuk kedua kegiatan tersebut sama.
- Menentukan kriteria yang akan dinilai (sesuai dengan kompetensi yang diharapkan).
- Apabila memungkinkan, buatlah rubrik hanya satu halaman saja.
- Mengevaluasi rubrik.
Rubrik yang baik berisi elemen-elemen yang akan dinilai dan skala penilaian untuk menentukan seberapa baik elemen-elemen tersebut telah dilakukan/dicapai. Misalnya,istilah yang bisa digunakan dalam level/tingkatan antara lain :
- Menggunakan angka (1, 2, 3, 4).
- Menggunakan kata: berkembang dengan baik, berkembang, masih membutuhkan bantuan atau kata-kata lainnya yang menunjukkan gradasi.
Selain itu, ada juga rubrik yang digunakan dengan tugas menulis mungkin mengidentifikasi lima elemen yang perlu ditangani untuk menyelesaikan tugas dengan sangat baik: isi, organisasi, struktur kalimat, kosakata, dan mekanika. Setiap elemen pada rubrik memiliki seperangkat indikator yang menggambarkan apa yang harus ditemukan dalam tulisan. Skala penilaian menunjukkan seberapa baik penulis telah memasukkan indikator dalam setiap elemen.
Contoh Rubrik
Banyak rubrik penilaian untuk tugas membaca dan menulis, serta formula untuk membantu guru membuat rubrik penilaian mereka sendiri, dapat ditemukan di Internet. Dua sumber internet yang bagus dan gratis untuk rubrik literasi adalah www.rubistar.4teachers.org dan www.rubrics4teachers.com.
4) Portofolio
Proses belajar peserta didik adalah suatu perjalanan panjang dan berbeda antara satu sama lain. Dalam perjalanannya tersebut, guru harus mengumpulkan data yang bisa membantunya mengarahkan program belajar yang sesuai dengan peserta didik. Bukti-bukti dari hasil belajar peserta didik yang dikumpulkan tersebut disebut portofolio.
Portofolio literasi dapat berisi pekerjaan yang sedang berjalan serta tugas membaca dan menulis yang telah diselesaikan. Mereka dapat berisi daftar periksa penilaian atau rubrik yang digunakan dengan tugas membaca atau menulis. Catatan guru dan refleksi diri peserta didik juga menemukan jalan mereka ke dalam portofolio literasi. Portofolio mendorong peserta didik untuk secara teratur merefleksikan pengalaman membaca dan menulis mereka. Portofolio menekankan penilaian sastra formatif dan berkelanjutan.
Untuk membantu guru mengatur dan mengelola portofolio, bagikan panduan ini:
- Menentukan format organisasi portofolio dengan peserta didik.
- Tentukan jenis bahan bacaan dan tulisan apa yang perlu dimasukkan
- dalam portofolio.
- Pastikan ada tempat dalam portofolio untuk pekerjaan yang sedang berjalan.
- Pastikan ada tempat terpisah untuk menyelesaikan pekerjaan.
- Sertakan daftar periksa, rubrik, dan alat penilaian lainnya untuk digunakan oleh peserta didik.
- Sertakan komentar peserta didik dan guru dalam portofolio.
- Putuskan bagaimana portofolio akan digunakan dalam konferensi guru dan peserta didik.
- Tetapkan aturan untuk meninjau, menambah, atau menghapus materi dari portofolio.
- Gunakan portofolio untuk penilaian formatif dan sumatif.
- Buat jadwal untuk menggunakan portofolio dengan peserta didik.
Menurut DeFina (1992), portofolio adalah kumpulan hasil pekerjaan peserta didik yang bermakna, yang dikumpulkan berdasarkan periode waktu tertentu. Untuk literasi, Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 36) memberikan contoh dokumen yang terdapat di dalam portofolio sebagai berikut :
- Catatan observasi guru tentang kemampuan membaca dan menulis peserta didik.
- Tanggapan peserta didik terhadap cerita/dongeng yang dibacakan guru.
- Daftar dan komentar singkat tentang buku yang telah dibaca.
- Sinopsis bacaan yang dibuat.
- Surat-surat yang dibuat.
- Naskah pidato.
- Karangan bebas (puisi, prosa).
- Laporan kunjungan.
- Tulisan di majalah dinding.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Contoh Portofolio
- Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya, peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
- Suatu saat, tentukan bersama peserta didik karya-karya yang akan dipilih. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
- Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder. Beri komentar di belakang karya peserta didik yang menunjukkan bagaimana ia bekerja dan tuliskan tanggalnya.
- Jika diperlukan, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio dan undanglah orang tua peserta didik untuk diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Portofolio seorang peserta didik bersifat rahasia. Oleh sebab itu, dokumen penting ini perlu disimpan rapi dan hanya bisa digunakan oleh yang berkepentingan, yaitu guru kelas saat itu, guru kelas berikutnya, peserta didik yang bersangkutan, orang tua atau pihak lain yang berkepentingan.
B. Prinsip Penilaian Literasi
Cooper (2003) mengidentifikasi delapan prinsip untuk memandu guru dalam melaksanakan penilaian literasi di kelas. Sekolah masih dapat menggunakan prinsip-prinsip penilaian literasi ini dengan tolok ukur perkembangan literasi sebagai bagian dari rencana penilaian literasi sekolah. Hal ini mendorong kepala sekolah dan guru untuk menggunakan penilaian peserta didik sebagai panduan utama untuk pengajaran dalam hubungannya dengan standar literasi.
Saat membaca prinsip-prinsip penilaian, kenali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penilaian literasi, terutama faktor perkembangan, budaya, instruksional, dan pembelajar. Dengan pemikiran tersebut, penilaian literasi yang dilakukan di sekolah akan lebih valid dan reliabel.
- Penilaian adalah proses berkelanjutan yang terjadi setiap kali seorang peserta didik berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, atau melihat sesuatu.
- Penilaian adalah bagian dari instruksi. Ketika peserta didik terlibat dalam kegiatan instruksional, tanggapan mereka memberitahu Saudara.
- Penilaian adalah autentik. Jika Anda ingin mengetahui seberapa baik peserta didik menulis paragraf dalam esai, mintalah dia menulis esai.
- Penilaian adalah proses kolaboratif dan reflektif yang memungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri di luar ruang kelas. Dengan membuat penilaian kolaboratif, tanggung jawab dan rasa hormat menjadi ciri hubungan antara guru dan peserta didik.
- Penilaian bersifat multidimensi karena berbagai ukuran menghasilkan ukuran yang lebih andal. Menulis portofolio dengan draf, penilaian diri, revisi, dan produk akhir menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja menulis peserta didik pada akhir semester kerja daripada tugas menulis tunggal.
- Penilaian mempertimbangkan faktor budaya, perkembangan, dan peserta didik, dan akomodasi perlu dibuat di semua bidang ini ketika mempertimbangkan langkah-langkah penilaian.
- Penilaian mengidentifikasi kekuatan serta kebutuhan peserta didik, dan ini menyediakan tempat untuk memulai dan membangun saat peserta didik bergerak menuju pembelajaran baru.
- Penilaian mencerminkan pemahaman tentang bagaimana peserta didik belajar membaca, menulis, dan menggunakan bahasa.