Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jenis - Jenis Literasi Membaca

Literasi Membaca

Dalam mengembangkan keterampilan membaca peserta didik, guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran membaca yang tepat. Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan guru dalam rangka mengembangkan keterampilan membaca peserta didik adalah sebagai berikut :

  1. Membaca Bersama
  2. Membaca Terbimbing
  3. Membaca Interaktif
  4. Membaca Pemahaman
  5. Membaca Mandiri

1. Membaca Bersama

Membaca bersama dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah guru membaca terlebih dahulu, kemudian peserta didik bergantian melanjutkan membaca. Pada saat guru membaca, peserta didik bersama-sama menyimak sambil melihat bacaan pada buku, kemudian peserta didik membaca kelanjutannya secara bergiliran. Kegiatan membaca bersama ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pada peserta didik yang belum lancar membaca, kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca satu kata secara bergiliran.

Kegiatan membaca bersama juga dapat dilakukan dengan cara peserta didik sebagai pembaca pertama. Setelah peserta didik pertama membaca, peserta didik lain sebagai pembaca kedua melanjutkannya, kemudian kegiatan membaca dilakukan oleh guru sebagai pembaca ketiga, dan seterusnya. Dengan demikian, membaca bersama dapat dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, atau guru dengan beberapa peserta didik dalam kelompok kecil.

Membaca Bersama memberikan peluang yang sangat baik untuk mendemonstrasikan konsep tentang cetakan dan fitur buku dan tulisan, untuk memodelkan strategi berpikir keras dan strategi pemahaman tambahan. Alasan penting untuk melakukan membaca bersama adalah agar anak-anak dapat belajar memahami diri mereka sendiri sebagai pembaca di lingkungan yang bebas risiko dan menikmati pengalaman membaca.

Salah satu kriteria untuk pemilihan buku bersama adalah bahwa buku tersebut memiliki kemungkinan beberapa bacaan untuk kesenangan. Awalnya, ini akan digunakan untuk memodelkan strategi yang digunakan pembaca yang baik. Dalam bacaan berikutnya, ketika anak-anak merasa berhasil membaca buku, keterampilan yang lebih spesifik pada berbagai tingkat dapat ditangani (misalnya menyapu kembali, dari mana harus mulai membaca, bagaimana menggunakan tanda baca dan bagaimana mengenali dialog.

Selama membaca bersama, anak-anak harus dikumpulkan di area yang mampu mendekatkan mereka dengan buku dan melihatnya dengan mudah sehingga dapat merasakan komunitas bersama. Guru harus menggunakan penunjuk untuk memandu bacaan, menunjuk kata-kata yang dibaca.

2. Membaca Terbimbing

Menurut Abidin (2012: 90), membaca terbimbing adalah metode pembelajaran terbimbing untuk membantu peserta didik dalam menggunakan strategi belajar membaca secara mandiri. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif selama pembelajaran membaca. Agar proses membaca yang dilakukan dapat efektif, maka guru sebaiknya memberikan pedoman bagi peserta didik dalam membaca. Pedoman tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peserta didik berdasarkan isi bacaan.

Tujuan membaca terbimbing adalah agar guru mendukung anak-anak dalam bahan bacaan yang tidak dapat mereka baca secara mandiri sepenuhnya. Ini dapat dilakukan secara individu atau dengan kelompok kecil (tidak lebih dari enam) untuk mendukung pemahaman tentang setiap aspek membaca. Membaca terbimbing memberikan kesempatan yang diperlukan bagi guru untuk mengajarkan strategi membaca secara eksplisit pada tingkat individu peserta didik. Instruksi khusus didasarkan pada pengamatan tentang apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan anak untuk membangun makna. Guru memperkuat strategi dan menentukan perilaku yang digunakan pembaca yang baik, saat peserta didik membaca. Peserta didik harus tahu apa yang mereka lakukan dengan baik dan apa yang perlu mereka pelajari untuk menjadi dewasa sebagai pembaca. Semakin banyak peserta didik dapat mengartikulasikan kekuatan dan tujuan mereka, semakin mahir mereka dalam membaca. Agar tujuan individu peserta didik ditetapkan, guru perlu mengamati dan berunding dengan pembaca. Pengamatan peserta didik selama membaca terbimbing, konferensi membaca individu, dan catatan lari membantu guru menentukan kekuatan peserta didik dan apa yang masih perlu mereka pelajari.

Guru mengatur kelompok membaca terbimbing sesuai dengan kebutuhan peserta didik tertentu dan tingkat teks tertentu yang dengannya peserta didik dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan individu mereka. Kelompok dapat dibentuk oleh tingkat membaca atau oleh kebutuhan untuk instruksi keterampilan khusus. Kelompok membaca terpandu harus lancar, berubah kapanpun diperlukan. Penilaian dan pengamatan terus-menerus terhadap pembaca diperlukan untuk menjaga agar pengelompokan tetap fleksibel. Anak-anak dapat bergabung atau meninggalkan grup jika diperlukan.

Langkah-langkah membaca terbimbing (Gail E., 2011:348) adalah sebagai berikut :

  1. Memilih buku yang tepat (setiap peserta didik memiliki buku/teks yang sama).
  2. Mengenalkan buku.
  3. Meminta satu peserta didik untuk membaca buku, yang lain mengulangi bacaan.
  4. Guru memberikan masukan terhadap bacaan yang kurang tepat.
  5. Memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk membaca mandiri.

3. Membaca Interaktif

Membaca interaktif merupakan aktivitas membaca bersama dengan tujuan melibatkan anak secara interaktif dalam memahami isi bacaan. Artinya, membaca menjadi aktivitas bersama untuk mendapatkan pengalaman sosial, memperkaya kosakata, menggali isi bacaan, dan memperkaya wawasan dalam bacaan.
Mengapa membaca interaktif penting untuk dilakukan?
Dalam pembelajaran literasi, membaca dengan cara interaktif penting untuk dilakukan karena beragam alasan, diantaranya adalah:

  1. dapat mengembangkan kosakata peserta didik,
  2. dapat melatih peserta didik dalam mengucapkan kata dengan benar,
  3. dapat mengaktifkan peserta didik,
  4. dapat mengembangkan cara berpikir kritis,
  5. dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, dan
  6. dapat mengembangkan keterampilan membaca secara lebih cepat.

Membaca interaktif merupakan sebuah pembelajaran kontekstual yang dapat membuat peserta didik aktif mendengarkan dan merespon apa yang dibaca dari sebuah teks. Selama membaca interaktif, guru dan peserta didik melakukan aktivitas bersama. Aktivitas guru di antaranya adalah berikut ini :

  1. mengajak peserta didik memahami maksud penulis, 
  2. bersama peserta didik menemukan arti suatu kata, persamaan, atau lawan kata, 
  3. mengajak peserta didik menghubungkan apa yang dibaca dengan yang diketahui peserta didik, dan 
  4. mengajak peserta didik untuk memvisualisasikan kata atau bagian dari cerita. 

Contoh hasil membaca interaktif :

Memvisualisasikan tokoh cerita ke dalam bentuk gambar

Memvisualisasikan tokoh cerita ke dalam bentuk gambar

Gambar di atas merupakan salah satu hasil karya peserta didik dalam kegiatan membaca interaktif. Setelah membaca interaktif, peserta didik diminta untuk memvisualisasikan tokoh yang ada dalam cerita. Saat menggambar tokoh cerita, peserta didik harus memahami siapa tokoh yang dimaksud oleh penulis. 

Alternatif lain dari kegiatan di atas adalah mengajak peserta didik mendramakan sebagian cerita atau hanya sekadar melakukan gerakan salah satu tokoh yang ada dalam cerita. Misalnya, dalam cerita yang dibaca terdapat tokoh kupu-kupu, peserta didik diminta oleh guru untuk memodelkan gerakan kupu-kupu sesuai dengan interpretasi mereka.

4. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Membaca pemahaman dilakukan dengan menghubungkan skemata atau pengetahuan awal yang dimiliki pembaca dan pengetahuan baru yang diperoleh saat membaca, sehingga proses pemahaman terbangun secara maksimal.

Hal ini sesuai dengan pandangan teori skemata bahwa pembaca dalam membaca pemahaman tidak saja bergantung pada informasi yang dibaca, tetapi juga pada struktur mental (kognisi) yang relevan yang telah dimiliki pembaca sebelumnya (Widdowson dalam Grabe, 1988: 56). Dalam membaca pemahaman terjadi proses penghubungan informasi baru yang didapat dengan pengetahuan sikap yang telah ada.

Teori lain yang sejalan adalah teori reader response (respon pembaca) adalah teori menurut Rosenblatt. Ia menyatakan bahwa “reading is a transaction, a two way process, involving a reader and a text in a particular context “(1993: 268). Dalam pandangannya, membaca merupakan proses dua arah yang meliputi pembaca dan teks. Dengan kata lain, teori respons pembaca menyatakan bahwa makna dibangun berdasarkan interaksi antara pembaca dengan teks. Sebagai contoh, setiap pembaca akan melahirkan respons yang berbeda walaupun membaca teks yang sama karena setiap pembaca membawa pikiran dan perasaan masing-masing ketika membaca. Dengan demikian, pembaca aktif itu sesungguhnya membangun makna.

Di samping itu, teori lain yang mendukung membaca pemahaman adalah teori sosiokultural. Snow (2002) mengatakan ‘reading occurs in the context that shapes and is shaped by readers’. Ini artinya, membaca terjadi dalam konteks sosiokultural yang membentuk dan dibentuk pembaca. Dengan kata lain, aktivitas membaca diasosiasikan dengan interaksi sosial, seperti halnya antara guru dan peserta didik ketika membangun makna melalui interaksi satu sama lain dan teks. Interaksi ini berdasarkan pengalaman sebelumnya, situasi saat ini, dan implikasi di masa yang akan datang.

Menurut Afflerbach, Pearson, & Paris (2008) seperti dikutip oleh Tompkin (2011: 206), ‘comprehension strategy is thoughtful behaviors that readers use to facilitate their understanding’. Maksudnya, strategi pemahaman merupakan tindakan berpikir yang digunakan pembaca untuk membantu mencapai pemahaman. Pembaca menggunakan strategi pemahaman ini untuk mempertajam pemahaman mereka atas teks yang telah mereka baca dan untuk memecahkan masalah. 

Setiap strategi pemahaman ini harus diajarkan kepada mahasiswa melalui instruksi eksplisit agar proses membaca pemahaman yang sebenarnya merupakan proses mental yang tidak terlihat, menjadi lebih hidup. Pada akhirnya mahasiswa pun akan mempelajari bagaimana mengintegrasikan beberapa strategi tersebut dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Berikut dibawah ini merupakan beberapa strategi pemahaman, yaitu :

a. Strategi Mengaktifkan Pengetahuan

Pembaca diajak untuk menghubungkan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan informasi yang ada di dalam teks. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman pembaca tentang topik yang dibacanya, semakin mudah pembaca memahami teks tersebut. Misalnya, dengan menggunakan buku  “Main Bersama, Yuk!” anak dapat digali pengetahuannya melalui proses tanya-jawab.
main bersama yuk
Contoh-contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan “Strategi Mengaktifkan Pengetahuan” adalah berikut ini :

  1. Siapa yang ada di gambar ini? 
  2. Apa yang sedang dilakukannya? 
  3. Bacalah teks tersebut melalui tautan yang tersedia?
  4. Bersama dengan siapakah dia?
  5. Mengapa anak itu tidak mendengar bunyi bel sepeda? 
  6. Bagaimana jika kamu sedang bermain bersamanya? Apa yang akan kamu lakukan untuk menolongnya?

b. Strategi Menghubungkan

Melalui strategi ini, pembaca membuat hubungan antara: (1) teks dengan dirinya sendiri, (2) teks dengan dunia anak, dan (3) teks dengan teks lain. Pembaca menghubungkan teks yang sedang mereka baca dengan pengetahuan mereka sebelumnya. 

Contoh-contoh pertanyaan yang dapat dikembangkan untuk mendorong pembaca melakukan kegiatan “menghubungkan”, antara lain sebagai berikut.

Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan strategi:

  1. Menghubungkan teks dengan dirinya sendiri
    • Apakah kamu pernah bermain bersama teman?
    • Apa permainan yang paling kamu suka?
    • Mengapa kamu suka permainan itu?
  2. Menghubungkan teks dengan dunia anak
  3. Apakah kamu pernah melihat permainan lain? Coba ceritakan!
  4. Menghubungkan teks dengan teks
    • Apakah kamu pernah membaca buku tentang bermain bola?
    • Adakah persamaan dengan cerita ini?

c. Strategi Menduga

Dalam strategi ini, pembaca menggunakan pengetahuan sebelumnya dan petunjuk dalam teks untuk membaca antar baris. Manfaat dari strategi ini adalah pembaca berpikir melebihi apa yang tertulis dalam teks. Artinya, pembaca bisa memahami apa yang tidak tertulis dalam teks. Dengan kata lain, pembaca dituntut untuk bisa menarik makna tersirat dari informasi-informasi yang tidak dinyatakan secara tersurat.

Contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan ‘strategi menduga’: Mengapa Fafa selalu tampak diam ketika bermain?

d. Strategi Memprediksi

Strategi ini menuntut pembaca untuk membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi dan mengonfirmasi prediksi tersebut dalam aktivitas membaca yang dilakukannya. Manfaat dari strategi ini adalah pembaca menjadi lebih terlibat dalam pengalaman membaca dan selalu berhasrat untuk terus membaca.
Contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan ‘strategi memprediksi’, antara lain:

  1. Apa yang akan terjadi kemudian?
  2. Bagaimana cerita selanjutnya?

e. Strategi Mempertanyakan

Strategi ini mengharuskan pembaca untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan di seputar teks itu agar pembaca tetap membaca. Manfaat yang bisa dipetik dari strategi ini ialah pembaca akan menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun mereka pada bacaan, mengklarifikasi kebingungan mereka, dan membuat pemahaman awal.

Contoh-contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan ‘strategi mempertanyakan’ antara lain:

  1. Mengapa Fafa senang bermain bola?
  2. Mengapa Jojo mau bermain bola bersama Fafa?

f. Strategi Menyimpulkan

Strategi ini menuntut pembaca untuk memparafrasekan ide dalam bentuk pernyataan yang ringkas. Manfaat dari strategi ini ialah pembaca memiliki pemahaman yang lebih baik ketika mereka membuat kesimpulan atas apa yang dibacanya.

Contoh-contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan ‘strategi menyimpulkan’ antara lain:

  1. Apa kegemaran Jojo?
  2. Kapan dan dimana Jojo dan Fafa bermain bola?
  3. Mengapa Fafa tidak mendengar bunyi bel sepeda?

Setelah peserta didik menjawab seluruh pertanyaan, guru mengajak peserta didik untuk menggabungkan jawaban tersebut.

g. Strategi Memvisualisasikan

Pembaca menggambarkan pikiran dalam benaknya tentang apa yang mereka baca melalui bentuk komunikasi yang berbeda. Penggambaran itu bisa dilakukan melalui gambar-gambar atau kata-kata verbal bergantung pada tujuan. Intinya, gambaran yang dibuat pembaca akan memperkaya pemahaman mereka. Dengan demikian, pembaca menggunakan pikiran mereka untuk membuat teks lebih bermakna.

Contoh-contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menerapkan ‘strategi memvisualisasikan’ antara lain:

  1. Bisakah kalian gambarkan tentang Fafa?
  2. Bisakah kalian menceritakan tentang cara bermain bola Ali?