Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Capaian Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Peserta Didik

A. Capaian Pembelajaran Paradigma Baru

Pada bahasan sebelumnya sudah dibahas mengenai pembelajaran paradigma baru. Selanjutnya akan dipelajari lebih mendalam mengenai capaian pembelajaran paradigma baru. Capaian pembelajaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan peserta didik untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pada pembelajaran paradigma baru capaian pembelajaran terintegrasi antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Capaian Pembelajaran merupakan hasil peleburan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Hasil peleburan ini menjadi satu kesatuan penjabaran kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai peserta didik di akhir pembelajaran. Tidak lagi terpisah antara komponen sikap, pengetahuan dan keterampilan. Capaian akan menjadi acuan deskripsi keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu hal.  Pengintegrasian tersebut juga disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangakan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasilayang merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan paradigma baru.

B. Fase dalam Perumusan Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan target capaian untuk rentang waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun seperti kurikulum terdahulu). Durasi setiap fase dapat berbeda untuk setiap jenjang pendidikan. Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk membedakannya dengan kelas karena peserta didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (mengajar pada tahapan/tingkat yang sesuai). Apabila peserta didik kelas lima masih harus belajar materi Fase B (fase untuk kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat menggunakan materi pelajaran fase tersebut.

Capaian pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangakan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan paradigma baru. Capaian pembelajaran yang digunakan di Sekolah Penggerak merupakan hal utama dalam suatu kurikulum dan kriteria suatu capaian pembelajaran yang baik yang dikembangkan oleh satuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Pada paradigma baru pembelajaran di jenjang sekolah dasar (SD) mengacu pada mata pelajaran meski disajikan secara tematik. Pada jenjang SD terdapat tiga fase yaitu:

  1. fase A (kelas 1-2),
  2. fase B (kelas 3-4), dan
  3. fase C (kelas 5-6).

Pada jenjang SMP terdapat satu fase yaitu fase D, dengan durasi tiga tahun, untuk kelas 1-3 SMP. Terdapat dua fase di SMA, yaitu fase E (kelas 10) dan fase F (kelas 11-12). Perbedaan durasi fase ini lebih didasari oleh alasan praktikal dan bukan teoritis. Durasi dua tahun di sekolah dasar disebabkan banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia (multi aging class) dengan mengakomodir dua kelas. Sedangkan durasi fase di SMP didasari oleh alasan tahap perkembangan dan di SMA didasari oleh kebutuhan peserta didik SMA untuk memperkuat materi dan keterampilan di SMP dan peminatan. Dengan fase diharapkan peserta didik akan dapat memiliki banyak waktu untuk menjalani proses belajar sehingga dapat mengupas konsep-konsep dan mempelajari keterampilan kunci, sehingga materi dapat dihantarkan dengan eksploratif dan pendalaman, bukan sekadar transfer pengetahuan.

C. Bentuk Penulisan

Format CP ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga keterkaitan antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi umum terlihat jelas dan utuh sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembelajaran dan menggambarkan apa yang akan dicapai peserta didik di akhir pembelajaran. Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan mengeksplorasi materi pelajaran lebih mendalam, tidak terburu-buru, dan cukup waktu untuk menguatkan kompetensi, mengingat tahap perkembangan dan kecepatan peserta didik untuk memahami sesuatu belum tentu sama untuk setiap peserta didik. Kondisi ini juga memungkinkan peserta didik dengan kondisi berkebutuhan khusus dapat menggunakan Capaian Pembelajaran yang sama dengan peserta didik pada umumnya (peserta didik di sekolah reguler). Artinya secara tidak langsung juga akan memudahkan guru mengajar pada level yang seharusnya (teaching at the right level). Setiap guru dapat mengajar peserta didik sesuai dengan tahapan perkembangannya, begitu juga peserta didik akan memperoleh layanan pendidikan sesuai haknya.

D. Komponen Capaian Pembelajaran

Komponen dalam capaian pembelajaran sebaiknya mengacu pada aspek atau indikator berikut.

  1. Rasional Mata Pelajaran: Memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil Pelajar Pancasila.
  2. Tujuan Mata Pelajaran: Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut.
  3. Karakteristik Mata Pelajaran: Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran serta elemen-elemen mata pelajaran, yang didalamnya terdapat kompetensi- kompetensi yang ingin dicapai
  4. Capaian Pembelajaran Setiap Fase: Deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum.

E. Mengembangkan modul ajar


1. Penyusunan Perangkat Ajar Kurikulum Paradigma Baru

Dalam Penyusunan Perangkat Ajar Kurikulum Paradigma Baru dalam Mata Pelajaran tentang Capaian Pembelajaran (CP) disusun Oleh Pemerintah, dan akan disusun dalam fase-fase. 

Pengembangan Modul Ajar

Pengembangan modul ajar Seperti RPP, namun dilengkapi dengan berbagai materi pembelajaran, lembar aktivitas peserta didik, dan asesmen untuk mengecek apakah tujuan pembelajaran dicapai peserta didik dan Perangkat ajar diharapkan dapat membantu guru mengajar menggunakan metode terdiferensiasi. Metode berdiferensiasi merupakan metode yang memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta itu sendiri.

F. Karakteristik Peserta Didik

Seringkali didengar mengenai karakteristik peserta didik, namun apakah  itu karakteristik peserta didik? Karakteristik berasal dari kata karakter yang mempunyai  arti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik peserta didik sangat diperlukan untuk kepentingan-kepentingan dalam perencanaan pembelajaran. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Budiningsih (2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional peserta didik yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Memahami karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motorik.

  1. Etnik
  2. Kultural
  3. Status sosial
  4. Minat
  5. Perkembangan Kognitif
  6. Kemampuan/pengatahuan awal
  7. Gaya belajar
  8. Motivasi
  9. Perkembangan emosi
  10. Perkembangan sosial
  11. Perkembangan moral dan spiritual
  12. Perkembangan motorik

G. Pembelajaran Berdiferensiasi

Tahun 2020 merupakan tahun dimana Kurikulum Merdeka Belajar menjadi landasan dalam pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Nadiem Anwar Makarim, menjelaskan bahwa merdeka belajar sangat cocok dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Merdeka belajar memiliki tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang bebas dan merdeka bagi setiap peserta didik, untuk dapat belajar sesuai dengan potensinya masing-masing. Melalui kurikulum merdeka belajar ini peserta didik nantinya akan mampu menjadi pembelajar mandiri. Kurikulum merdeka belajar  memberikan ruang pada guru untuk menjadi fasilitator yang dapat membantu dalam mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian guru bukan hanya sebagai pelaksana kurikulum semata.

Pengelolaan pembelajaran pada kurikulum merdeka belajar dapat direalisasikan dengan salah satu model atau metode pembelajaran yang sesuai atau cocok, yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Metode ini dalam proses pembelajaran akan banyak memberikan pilihan, yang diawali dari materi sampai  metode pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi dapat mengakomodir setiap kebutuhan peserta didik, peserta didik yang memiliki keragaman potensi dapat tetap difasilitasi secara bersama-sama. Guru dapat memberikan keragaman dalam banyak hal mulai dari: (1) beragam sumber belajar, (2) beragam metode pembelajaran yang bisa membantu setiap peserta didik dalam mengeksplorasi kurikulum, (3) beragam kegiatan belajar yang dapat  menggali setiap ide dan potensi peserta didik, (4) beragam pilihan asesmen yang dapat membuat peserta didik menunjukkan beragam hasil belajarnya.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan upaya yang dibuat oleh guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar setiap peserta didik. Upaya-upaya tersebut dibuat berkenaan dengan:

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang mengundang peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Guru juga memastikan bahwa setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Guru dan peserta didik memahami tujuan pembelajaran dengan jelas.
  3. Penilaian berkelanjutan. Guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan untuk menentukan peserta didik mana yang sudah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, mana yang belum.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut.
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun strukturnya jelas.

Upaya/usaha apa yang dilakukan agar dapat tercipta lima hal di atas? Berikut adalah hal yang bisa dilakukan agar tercipta pembelajaran yang berdiferensiasi:

  1. Memastikan bahwa setiap peserta didik di dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik.
  2. Memastikan setiap peserta didik di dalam kelas saling menghargai. Guru selayaknya mengetahui karakteristik peserta didik dengan tujuan agar semua peserta didik merasa nyaman di kelas.
  3. Memastikan setiap peserta didik  merasa aman, baik secara fisik maupun psikis. Pengelolaan pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru dalam membuat materi yang beragam. Materi yang beragam ini dapat memfasilitasi setiap minat belajar peserta didik.
  4. Setiap peserta didik dapat tumbuh semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Guru semaksimal mungkin untuk mengetahui perkembangan setiap peserta didik dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Guru dapat melakukan model pembelajaran yang beragam, yang bertujuan agar peserta didik dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
  5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. Setiap peserta didik diajak untuk melampaui pencapaian mereka saat ini. Pembelajaran berdiferensiasi mengutamakan metode diskusi dibanding ceramah, hal ini disebabkan karena metode diskusi dapat memancing keaktifan setiap peserta didik.
  6. Ada keadilan dalam bentuk yang nyata. Memastikan setiap peserta didik  memperoleh apa yang dibutuhkan untuk tumbuh dan sukses. Dalam hal ini guru diharapkan dapat membuat asesmen yang beragam untuk mengetahui sejauh mana penerimaan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Melalui asesmen yang beragam inilah guru dapat melihat setiap pemahaman peserta didiknya.
  7. Guru dan peserta didik berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Artinya guru melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, karena kunci keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi adalah pelibatan secara aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

Tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi

  1. Diferensiasi konten. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat kesulitan konten yang harus diberikan. Dapat ditentukan berdasarkan kesiapan (readiness) peserta didik, minat, dan profil belajar peserta didik. Apabila guru berfokus pada konten, maka peserta didik mempunyai kebebasan dalam menentukan sumber daya alam di sekitarnya untuk diolah menjadi sumber makanan. Guru akan memberikan lembar kerja (LK) berisi tabel panduan dan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik ketika ingin membuat makanan berdasarkan bahan-bahan yang mereka pilih
  2. Diferensiasi proses. Guru mengacu pada bagaimana peserta didik akan memahami atau memaknai informasi atau materi yang dipelajari. Proses seperti apa yang perlu disiapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh guru dapat memberikan peserta didik kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang telah dipilihnya, peserta didik dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lain untuk mengubahnya menjadi makanan. Setelah itu peserta didik  harus menulis bagaimana ia menyusun rencana, jadwal pengolahan, dan mengawasi produk yang akan dihasilkan di dalam Lembar Kerja.
  3. Diferensiasi produk. Guru memikirkan tagihan apa yang diharapkan dari peserta didik yang ada wujudnya, misalnya karangan, tulisan, hasil tes, presentasi, pidato, audio seperti voice note, dan lain sebagainya sesuai dengan minat peserta didik. Diferensiasi produk ini akan tampak dari produk yang dihasilkan peserta didik. Produk yang dihasilkan peserta didik akan beragam jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga beragam. Guru dapat meminta orang tua atau saudara untuk menilai produk yang dibuat peserta didik. Penilaian produk dapat meliputi rasa, inovasi, dan bentuk.

Dalam proses penilaian guru memiliki acuan penilaian yang seragam. Acuan penilaian dalam pembelajaran ini meliputi penilaian sikap yang dilihat dari sikap tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras peserta didik. Penilaian pengetahuan tergambar dari cara peserta didik dalam menjelaskan proses yang menghasilkan suatu produk sedangkan penilaian keterampilan tergambar dari proses dalam menghasilkan produk misalnya makanan yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar peserta didik.

H. Materi Analisis Capaian Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Peserta Didik (Anak Usia Sekolah Dasar)


Materi ini dapat Anda unduh dan gunakan secara offline. Silahkan gunakan tombol navigasi yang ada di bahan pembelajaran untuk memudahkan Anda dalam mempelajari materi.