Modul PPG - Kurikulum Pendidikan Di Indonesia
1.
Uraian materi
a.
Konsep Dasar Kurikulum
Saudara mahasiswa, bagi seorang guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan istilah kurikulum bukanlah
sesuatu yang asing bukan? Namun demikian, mungkin
diantara Anda masih ada yang lupa atau bahkan belum memahami
makna yang sesungguhnya dengan istilah kurikulum. Banyak orang yang beranggapan bahwa kurikulum hanya berkaitan dengan daftar mata pelajaran, bahan
ajar atau buku-buku
pelajaran yang harus dimiliki oleh peserta didik, sehingga perubahan kurikulum identic dengan
perubahan buku pelajaran. Benarkah demikian?
Apakah kurikulum hanya berkaitan dengan buku pelajaran? Apakah aktivitas peserta didik dalam mempelajari
bahan ajar tidak termasuk kurikulum? Persoalan
kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar atau daftar mata pelajaran saja akan tetapi masih banyak persoalan
lainnya yang terkait dengan hal tersebut. Berikut akan Anda pelajari terkait konsep dasar kurikulum.
Istilah
kurikulum digunakan pertama
kalinya pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yaitu curere yang artinya
adalah lintasan, atau jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Lintasan
tersebut terbentang mulai dari start sampai dengan
finish. Istilah tersebut digunakan
dalam bidang pendidikan yang di asumsikan sebagai sebagai serangkaian mata
pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik
mulai dari awal sampai dengan mengakhiri program
pendidikan.
Para ahli pendidikan memiliki penafsiran
yang berbeda tentang kurikulum. namun demikian,
dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaaan tersebut adalah, bahwa
kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan
peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari beberapa
konsep, pada dasarnya
kurikulum dianggap sebagai
mata pelajaran, pengalaman belajar
dan sebagai perencanaan program pembelajaran. Ketiga
konsep tersebut diraukan sebagai berikut :
1) Kurikulum sebagai daftar mata pelajaran
Saudara mahasiswa, konsep kurikulum
sebagai serangkaian daftar mata pelajaran merupakan
konsep yang paling dikenal oleh masyarakat umum. Pengertian
kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep
kurikulum yang sampai
saat ini mewarnai
teori-teori dan praktik pendidikan. Contohnya saja, apabila Anda pergi
ke suatu sekolah kemudian Anda
menanyakan tentang kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut,
maka pimpinan sekolah
akan menyodorkan daftar
berbagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik.
Konsep kurikulum sebagai daftar mata
pelajaran biasanya erat kaitannya dengan
usaha untuk memperoleh ijazah (Saylor;1981). Artinya, apabila peserta didik berhasil mendapatkan ijazah berarti
telah menguasai serangkaian mata pelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Dengan demikian,
dalam pandangan ini kurikulum
berorientasi kepada isi atau mata pelajaran (content oriented). Proses
pembelajaran di sekolah
yang menggunakan konsep
kurikulum demikian penguasaan isi merupakan sasaran
akhir dari proses pendidikan.
Kurikulum sebagai mata pelajaran yang
harus dikuasai peserta didik, dalam proses perencanaannya harus memiliki
beberapa ketentuan. Perencanaan kurikulum biasanya
menggunakan judgment ahli bidang studi dengan mempertimbangkan factor social dan factor pendidikan. Dalam menentukan dan menyeleksi
kurikulum perlu memperhitungkan tingkat kesulitan, minat peserta didik dan urutan bahan. Perencanaan dan
implementasi kurikulum ditekankan kepada
penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik menguasai
materi pembelajaran. Pandangan yang menganggap
kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan
pandangan yang dianggap
tradisional, walaupun sebenarnya pandangan ini masih banyak dianut dan mewarnai
kurikulum yang berlaku di Indonesia.
2) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
siswa
Saudara mahasiswa, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan munculnya berbagai
macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan
mengakibatkan beban sekolah semakin berat dan komplek.
Sekolah tidak saja dituntut untuk
membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi juga dituntut
untuk dapat mengembangkan minat dan bakat,
pembentukan karakter
bahkan dituntut agar peserta didik dapat menguasai
berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan di era yang akan datang.
Tuntutan baru tersebut mengakibatkan pergeseran terhadap makna
kurikulum. kurikulum tidak lagi
dianggap sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengelaman belajar peserta didik. Kurikulum adalah
seluruh kegiatan yang dilakukan siswa
baik di dalam maupun di luar sekolah dimana kegiatan tersebut berada dalam tanggung jawab sekolah. Kegiatan yang
dimaksud tidak hanya kegiatan intra
ataupun ekstra kurikuler tetapi juga mencakup kegiatan peserta didik yang dilakukan di bawah tanggung jawab dan
bimbingan guru. Misalnya penugasan
proyek Sains yang dikerjakan di rumah, penugasan
wawancara dan observasi, kunjungan museum dan kebun binatang
itu merupakan bagian
dari kurikulum dalam
rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Pergeseran pemaknaan kurikulum dari
sejumlah mata pelajaran kepada pengalaman,
selain disebabkan meluasnya fungsi dan tanggung jawab sekolah juga dipengaruhi oleh penemuan-penemuan
dan pandangan baru dalam bidang psikologi
belajar. Pandangan baru tersebut menganggap bahwa belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah
pengetahuan, akan tetapi proses perubahan
tingkah laku. Peserta didik dianggap telah belajar manakala telah
memiliki perubahan perilaku. Tentu
saja perubahan perilaku akan terjadi manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh sebab itu dalam proses
belajar pengalaman dianggap lebih penting dari pada menumpuk
sejumlah pengetahuan.
3) Kurikulum sebagai rencana
atau program belajar
Saudara
mahasiswa, konsep kurikulum
sebagai suatu program
atau rencana pembelajaran
nampaknya diikuti oleh para ahli kurikulum dewasa ini termasuk di Indonesia. Para ahli menyatakan bahwa kurikulum pada
dasarnya adalah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan
sekolah.
Sebagai suatu rencana, kurikulum bukan
hanya berisi tentang program kegiatan
akan tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan. Kurikulum sebagai suatu
rencana nampaknya sejalan dengan dengan rumusan kurikulum menurut Undang-undang pendidikan Indonesia yang dijadikan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi
dan bahan pelajaran yang dimaksud adalah susunan dan bahan kajian untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Batasan
menurut undang-undang Nampak jelas, bahwa kurikulum memiliki dua aspek pertama sebagai
rencana (as a plan) yang harus dijadikan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan dan kedua digunakan
sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Untuk menutup kajian terkait konsep
dasar kurikulum, dapat disimpulkan bahwa sekolah
didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Artinya
titik sentral kurikulum
adalah peserta didik
itu sendiri. Perkembangan peserta didik hanya akan tercapai apabila
memperoleh pengalaman belajar
melalui semua kegiatan
yang disajikan oleh sekolah baik melalui
mata pelajaran ataupun
kegiatan lainnya. Oleh karena itu kurikulum sebagai
suatu rencana rencana pembelajaran harus bermuara pada perolehan
pengalaman peserta didik yang sengaja
dirancang untuk mereka miliki. Dengan demikian kurikulum harus mencakup dua sisi yang sama penting,
yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi
pengalaman belajar siswa dalam rangka
pencapaian tujuan yang diharapkan. Untuk memperlajari
lebih lanjut tentang konsep dasar kurikulum, anda dapat mengakses melalui
link berikut: http://bit.ly/33DxOc5
b.
Pembaharuan kurikulum di Indonesia
Merujuk pada tujuan pendidikan nasional
menurut UU No 20 tahun 2003, yaitu membangun
manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab, maka tujuan
tersebut dapat dicapai
melalui peran pengembangan dan implementasi kurikulum di tingkat satuan
pendidikan mulai dari tingkat TK, SD dan SMP hingga
tingkat menengah SMA dan SMK. Oleh karena itu pengembangan dan implementasi kurikulum haruslah dilaksanakan secara
konsisten dan efektif.
Sebagai salah satu komponen penting
dalam system pendidikan, kurikulum tidak hanya
dirumuskan sebagai tujuan yang hendak
dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu sudah semestinya dalam perjalanan suatu kurikulum perlu untuk terus ditelaah dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman. Agar dapat menangkap ide dari suatu
kurikulum, kita perlu mengetahui perjalanan kurikulum apa saja yang pernah
diterapkan di negara kita. Karena pengetahuan ini sangat membantu kita
untuk memahami esensi dari suatu perubahan kurikulum
yang pernah diterapkan di negara kita Indonesia.
Perkembangan kurikulum yang terjadi
di Indonesia setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, setidaknya kita telah mengalami
sepuluh kali perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, kurikulum
berbasis kompetensi 2004, KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Indonesia telah banyak belajar
dari kurikulum-kurikulum tersebut. Dari kesepuluh kurikulum tersebut jika dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu :
1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum 1947 – 1968), 2) kurikulum berbasis
pada pencapaian tujuan
(kurikulum 1975 – 1994) dan 3) kurikulum
berbasis kompetensi (kurikulum 2004 – 2013).
Berikut ini akan disajikan secara singkat pembaharuan kurikulum di Indonesia yang akan disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 2. Pembaharuan Kurikulum di Indonesia
Tahun |
Dasar Pembaharuan |
Pembaharuan |
Implikasi Pembaharuan dalam Pembelajaran |
1947 |
Dikenal dengan
istilah Rencana Pelajaran
1947. Kemerdekaan Indonesia menjadi dasar pembaharuan sehingga ingin
menumbuhkan semangat kebangsaan masyarakat Indonesia dan membentuk karakter masyarakat yang merdeka. |
Aspek
yang ditekankan : Kesadaran
bernegara dan
bermasyarakat. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. |
Mengurangi
sisi kognitif dari peserta didik, namun materi pelajaran dihubungkan dengan kon
teks kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia saat itu. |
1952 |
Dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Dasar
pembaharuan masih terkait semangat kemerdekaan bangsa
Indonesia ditambah kebutuhan masyarakat atas lapangan pekerjaan. |
Mata
pelajaran yang diajarkan pada Rencana Pelajaran Terurai mencakup hal- hal
moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani. |
Guru mengajar satu mata pelajaran. Selain sekolah
rakyat 6 tahun, juga
dibuka kelas masyarakat yang yang tidak melanjutkan ke tingkat
SMP. Kelas masyarakat mencakup pelajaran- pelajaran keterampilan seperti pertanian
dan pertukangan. |
1964 |
Kebutuhan
masyarakat untuk menciptakan lulusan yang mampu menyelesaikan
masalah dan kreatif. |
Dari
sisi akademik, kurikulum ini menerapkan subject centered curriculum dimana setiap mata pelajaran berdiri sendiri. Dikenal
istilah Pancawardhana karena kurikulum mencakup lima aspek
kehidupan yaitu moral, kecerdasan emosional, keterampilan
dan jasmani. |
Selain
penekanan pada bidang akademik, dikenal juga Hari Krida pada hari
sabtu. Merupakan
hari dimana peserta didik dapat
mengembangkan potensi sesuaidengan minatnya seperti bidang kebudayaan dan olahraga. |
1968 |
Untuk
membentuk manusia Pancasila sehat jasmani, memiliki kecerdasan dan keyakinan beragama. |
Menekankan
pada organisasi materi
pelajaran menjadi kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. |
Adanya
penerapan correlated curriculum dimana
ada keterhubungan ilmu antar satu jenjang dengan jenjang lainnya. Maka ilmu pengetahuan diajarkan lebih bersifat teoritis daripada praktis. |
1975 |
Lulusan
pendidikan dituntut untuk
memenuhi kebutiuhan- kebutuhan
masyarakat, terutama pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. |
Proses
belajar mengajar lebih menekankan pada efektivitas waktu dan metode pembelajaran sehingga menvapai target
pembelajaran. |
Peran
guru di kleas menjadi dominan, melakukan latihan (drill) sehingga
hasil pendidikan diukur dengan
mudah secara kuantitatif. |
1984 |
Perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat terkait IPTEK. |
Proses
pembelajaran yaitu CBSA (cara belajar siswa aktif). Siswa
dituntut untuk terlibat secara aktif baik fisik maupun nonfisik. |
Pembelajaran dikemas dalam pendekatan spiral, artinya
ada keterkaitan antar materi dari tiap jenjang. Semakin tinggi jenjang
maka akan mempelajari materi semakin mendalam. |
1994 |
Merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1984. |
Siswa
lebih banyak memahami materi dan segera dinilai sehingga peserta didik mampu menerima pengetahuan lain. Dikenal dengan
materi yang rumit dan banyak. Mulai dikenalkan kurikulum muatan local. |
Pembagian
waktu dalam satu tahun ajaran
menjadi catur wulan. |
2004 |
Fokus pada
pencapaian kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan jenjang pendidikannya. |
Mengedepankan penguasaan materi hasil dan kompetensi paradigm
versi UNESCO learning to know, learning to do, learning to live |
Metode pembelajaran keterampilan proses melahirkan pembelajaran PAKEM dan CTL |
|
|
together dan learning to be. |
|
2006 |
Sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan di Indonesia. |
Mengacu pada Standai Isi dan Standar Kompetensi Lulusan |
Belajar
sepanjang hayat, diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yg berlangsung sepanjang
hayat. |
2013 |
Tantangan internal yang mengacu 8
standar pendidikan dan tantangan eksternal terkait globalisasi dan isu-isu
muthakir dunia. |
Mengembangkan keseimbangan antara sikap
spiritual, social, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotor. |
Pembelajaran berpusat pada peserta didik, interaktif, jejaring dan aktif. |
Berdasarkan gambaran perjalanan
pembaharuan kurikulum yang pernah dan sedang
diterapkan di Indonesia dapat diketahui bahwa setiap perubahan kurikulum pasti
didasari oleh dasar pembaharuan yang berangkat dari permasalahan di masyarakat. Perubahan
dimaksudkan sebagai inovasi
dalam pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing
dikehidupan yang akan
datang.
Saudara mahasiswa, kini kurikulum yang
diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013 yang telah mengalami beberapa
perbaikan. Kurikulum 2013 dilandasi oleh pemikiran bahwa peserta didik diberikan keterampilan dan pengetahuan yang
harus dapat digunakan paling tidak sampai satu atau dua decade dari
sekarang. Atas dasar pemikiran tersebut
maka standar kompetensi lulusan yang dikembangkan harus disesuaikan dan dikembangkan untuk kehidupan peserta
didik sebagai individu
anggota masyarakat dan warga negara yang dapat memberikan kontribusi di masa yang akan datang.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum
baru, landasan filosofis
dan landasan empirik.
Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 70/2013, dijelaskan bahwa rasionalisai pengembangan kurikulum
2013 dikembangkan berdasarkan tantangan internal,tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum.
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Mengembangkan keseimbangan antara
sikap spiritual, rasa ingin tahu, kreativitas kerjasama dengan kemampuan
intelektual psikomotor.
2.
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana
peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke amsyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3.
Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkan dalam
berbagai situasi di sekolah dan amsyarakat.
4.
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
5.
Kompetensi dinyatakan dalam bentuk
komponen inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6.
Kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasian kompetensi dasar di
mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7.
Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan.
c.
Peran, Fungsi, dan Komponen
Kurikulum
Saudara
mahasiswa, setelah kita mengetahui perjalanan pengembangan kurikulum
di negara kita Indonesia kini kita akan mengkaji tentang Peran, Fungsi, dan komponen kurikulum. Jika kita kaitkan
dengan perjalanan kurikulum
di Indonesia, coba kita renungkan
sesungguhnya apa yang telah dilalui
dari serangkaian perubahan
kurikulum tersebut? Jujur saja, dari perjalanan panjang perubahan kurikulum, masih banyak para guru yang melakukan perubahan
hanya
sebatas nama kurikulumnya saja. Karena jika melihat praktik
pembelajaran yang sesungguhnya masih banyak para guru yang melakukan praktik-praktik lama dengan bingkai
kurikulum baru. Sebenarnya mengapa ini terjadi?
Perubahan kurikulum hanya
sebatas nama dan dokumen tetapi belum terjadi sampai kepada membumikan ide dari suatu perubahan
kurikulum tersebut ke ruang-ruang kelas dan
ke lingkungan sekolah. Menurut Hamid (1998) kegagalan tersebut disebabkan kekeliruan dalam menghayati peran dan
fungsi dari sebuah kurikulum. Kita hanya terjebak
pada pengertian kurikulum sebagai
dokumen dan seperangkat rencana saja. Sebagai
salah satu komponen
penting dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran (Wina
Sanjaya;2008) yaitu peran konservatif, peran kreatif dan peran kritis
evaluatif. Mari kita cermati uraian
terkait masing- masing
peran tersebut :
1) Peran Konservatif
Peran
konservatif menekankan bahwa kurikulum dijadikan
sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai budaya masa alalu yang
dianggap masih sesuai dengan masa kini. Dengan demikian peran ini menempatkan
kurikulum yang berorientasi ke masa
lampau. Peran ini sifatnya sangat mendasar yang dalam praktiknya disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan
proses social dimana salah satu tugasnya adalah mempengaruhi
dan membina perilaku manusia sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup
di lingkungan masyarakatnya.
2) Peran Kreatif
Melesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan pada setiap aspek-aspeknya tidak dapat lagi terbendung sebagai
suatu keniscayaan. Peran kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu kebaruan yang sesuai dengan perubahan tersebut.
Sehingga kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu peserta
didik mengembangkan potensi
yang terdapat
dalam dirinya untuk memperoleh pengetahuan atau kemampuan
baru serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya di
masa mendatang.
3) Peran Kritis dan evaluatif
Berangkat dari suatu realita
bahwa nilai-nilai kehidupan
dan budaya dalam
masyarakat senantiasa berkembang atau mengalami perubahan
maka peran kurikulum tidak hanya mewariskan nilai
dan budaya melainkan juga berperan untuk
menilai dan memilih nilai budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan. Dalam hal ini fungsi kurikulum
sebagai kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai
sosial yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan atau realitas keadaan
dan tuntutan masa kini dihilangkan dan dilakukan suatu
modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga
peran di atas harus berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya cenderung
akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan
zaman, sebaliknya kurikulum
yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat. Menyelaraskan ketiga peranan
tersebut menjadi tanggung
jawab semua pihak dalam proses pendidikan termasuk guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum.
Sesuai dengan peran yang harus
“dimainkan” kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum
harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Mengapa demikian?
Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh
pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut
Mcneil (2006) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu 1) fungsi
pendidikan umum (common and general education), 2) suplementasi (suplementation), 3) eksplorasi dan 4) keahlian.
1)
Fungsi pendidikan umum
Fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta
didik agar menjadi
anggota masyarakat baik sebagai warga negara dan warga dunia yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum
harus memberikan pengalaman belajar
kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasikan nilai-nilai dalam kehidupannya, memahami
setiap hak dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat dan makhluk social.
Dengan demikian fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh
setiap peserta didik pada jenjang atau level atau jenis pendidikan apapun.
2)
Suplementasi
Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap peserta didik
sesuai dengan perbedaan yang dimilikinya. Dengan
demikian setiap peserta
didik memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan
dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan
minat dan bakatnya.
3)
Eksplorasi
Fungsi eksplorasi memiliki
makna bahwa kurikulum
harus dapat menemukan
dan mengembangkan minat dan bakat peserta didik.
Melalui fungsi ini peserta didik diharapkan dapat belajar sesuai
dengan minat dan bakat
yang dimilikinya, sehingga memungkinkan untuk belajar tanpa adanya paksaan. Oleh sebab itu para guru sebagai pengembang kurikulum di kelas harus dapat menggali bakat dan minat peserta
didik yang dihadapinya.
4)
Keahlian
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik sesuai dengan keahliannya yang
didasarkan atas minat dan bakat peserta didik.
Dengan demikian kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian. Bidang-bidang tersebut
diberikan sebagai pilihan yang pada
akhirnya setiap peserta didik memiliki keterampilansesuai dengan spesialisasinya.
Memperhatikan fungsi kurikulum di atas, maka jelaslah bahwa kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Nah, sekarang coba Anda
pikirkan kira-kira apa saja fungsi kurikulum bagi Anda seorang guru dan peserta
didik yang Anda hadapi.
Saudara
mahasiswa, bagi guru kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
berpedoman kepada kurikulum tidak akan berjalan dengan
efektif. Mengapa demikian? Ya, tepat
sekali karena pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu dilakukan oleh guru dan peserta didik
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bagi peserta didik, fungsi kurikulum
adalah sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum peserta
didik akan memahami
apa yang harus
dicapai, isi atau bahan
pelajaran apa yang harus dipelajari, dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan fungsi tersebut ada enam fungsi kurikulum bagi peserta didik (Sanjaya;2008) yaitu fungsi penyesuaian, fungsi integrase, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan
dan fungsi diagnostic. Nah, sekarang coba Anda diskusikan dengan teman-teman Anda, apakah yang dimaksud dari masing-masing fungsi
tersebut?
Saudara
mahasiswa, setelah memahami
tentang Peran dan Fungsi kurikulum, selanjutnya mari kita mengkaji tentang komponen kurikulum.
Pasti Anda sudah mengetahui terkait
dengan komponen-komponen kurikulum
bukan? Karena materi
ini tentunya sudah Anda dapatkan saat menempuh pendidikan sebelumnya.
Kita akan sekilas mengulas kembali
untuk memantapkan pengetahuan Anda tentang komponen-komponen kurikulum. Kurikulum pada dasarnya
merupakan suatu sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen- komponen yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lain. Karena antar komponen saling
berhubungan dan saling
mempengaruhi dalam rangka
pencapaian tujuan.
Komponen-komponen kurikulum diistilahkan sebagai anatomi kurikulum yang terdiri dari komponen tujuan, isi, aktivitas belajar dan evaluasi yang digambarkan sebagai suatu keterpaduan (Zais:1976). Komponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar
tersebut menunjukkan bagaimana
setiap komponen saling berkaitan
dan memiliki keterpaduan antara satu dengan yang lain. Bagaimana tujuan akan memberikan arahan pada materi,
aktivitas belajar dan juga evaluasi dan
begitu juga sebaliknya. Masing-masing komponen akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan dalam kurikulum
menggambarkan kualitas manusia
yang diharapkan dapat terwujud dari suatu proses pendidikan. Tujuan memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari
suatu kurikulum. Tujuan kurikulum yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap komponen
yang lainnya baik itu isi atau content, aktivitas
belajar dan evaluasi.
Tujuan juga dianggap
sebagai dasar, arah dan patokan
dalam menentukan komponen-
komponen kurikulum yang lainnya. Oleh karena itu tujuan kurikulum
tidak terlepas dari tuntutan
dan kebutuhan masyarakat serta didasari oleh
falsafah dan ideology negara. Di Indonesia, sejak pasca kemerdekaan, tujuan umum pendidikan atau tujuan
pendidikan nasional ditetapkan dalam keputusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Tujuan tersebut tertuang
dalam undang-undang yang akan dicapai
melalui tujuan-tujuan yang ada
di bawahnya yang berfungsi sebagai
tujuan perantara (intermediate goals). Tujuan-tujuan tersebut membentuk
hierarki yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Hierarki tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
2.
Isi atau content
Merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, nilai dan keterampilan
yang perlu diberikan kepada siswa.
Pengetahuan tersebut
dijadikan sebagai isi dari kurikulum yang di dalamnya perlu dilakukan
pemilihan-pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Tentunya Anda sudah tahu bukan? Misalnya saja menurut Zais
(1976) menentukan empat kriteria dalam melakukan pemilihan
isi atau content
kurikulum yaitu; kriteria signifikansi, kriteria kegunaan, kriteria
minat dan kriteria pengembangan manusia.
Atau menurut Sukmadinata (2004) mengungkapkan
beberapa cara dalam menyusun sekuen isi kurikulum, yaitu : kronologis, kausal, structural, logis dan psikologis, spiral, rangkaian
kebelakang atau berdasarkan hierarki belajar. Penetapan isi atau content mana yang akan dipilih
nampaknya akan sangat bergntung pada sifat-sifat materi dan tujuan dari suatu
kurikulum.
3.
Aktivitas belajar
Komponen ini dimaksudkan sebagai strategi pembelajaran yang berkaitan dengan
cara atau sistem penyampaian dari isi kurikulum agar mencapai tujuan kurikulum. Strategi yang digunakan atau dipilih dalam
implementasi kurikulum mempertimbangkan komponen tujuan, isi atau content,
dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik yang telah dijabarkan
dalam kegiatan belajar 2.
4. Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan
untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan
menilai proses implementasi suatu kurikulum secara keseluruhan. Hasil dari evaluasi kurikulum
dapat dijadikan umpan
balik untuk mengadakan
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Selain
itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan tentang
kurikulum dan pendidikan.
Secara lebih rinci dan operasional bagaimana menjabarkan masing-masing komponen kurikulum nantinya
akan Anda pelajari
pada Modul 4 terkait Perancangan Pembelajaran. Dimana Anda akan belajar
bagaimana menjabarkan masing-masing komponen dalam kurikulum
dalam suatu dokumen
tertulis rencana pembelajaran.
d.
Hakikat Pengembangan Kurikulum
Saudara
mahasiswa, setelah tadi mempelajari bagaimana
komponen kurikulum fungsi dan
tujuan kurikulum, serta sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia,
sekarang kita akan mempelajari mengenai bagaimana hakikat pengembangan kurikulum.
Berdasarkan konsep yang ada di atas,
pengembangan kurikulum pada hakikatnya
adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana
harus mempelajarinya. Namun, dalam rangka proses
pengembangan kurikulum ini harus berangkat
dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat. Persoalan inilah apa yang yang kemudian
membawa kita pada persoalan yang mendasar yang akan kita bahas dalam pengembangan kurikulum. Pada kegiatan belajar
ini kita akan mempelajari hakekat
pengembangan kurikulumakan membawa
anda pada pemahaman
bagaimana seharusnya proses pengembangan kurikulum.
Menurut David Pratt (1980) dalam
Sanjaya, istilah desain lebih mengena dibandingkan
dnegan pengembangkan yang mengatur suatu tujuan atau usaha. Atas dasar itu, maka pengembangan kurikulum Atas dasar itu, maka pengembangan
kurikulum (curriculum development atau
curriculu planning ) adalah
proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai
pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah.
Seller dan Miller (1985) mengemukakan
bahwa proses pengembangan kurikulum
adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus. Rangkaian kegiatan itu digambarkan Seller di bawah ini
Gambar 3. Siklus
Pengembangan Kurikulum
Seller memandang bahwa pengembangan
kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi
kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum seperti misalnya arah dan tujuan Pendidikan,
pandangan tentang hakekat belajardan hakekat
anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum dan lain sebagainya. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman
pembelajran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil
evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya, hingga
membentuk siklus.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut
Seller menyangkut enam aspek yaitu :
1)
Tujuan Pendidikan menyangkut arah kegiatan Pendidikan.
2)
Pandangan tentang anak : apakah
anak dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
3)
Pandangan tentang lingkungan :
apakah lingkungan belajar harus dikelola
secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar
4)
Konsepsi tentang peranan guru :
apakah guru harus berperan sebagai instruktur
yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap
memberi bimbingan dan bantuan
pada anak untuk belajar.
5)
Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau
non tes.
Saudara
mahasiswa, selanjutnya apa sajakah yang harus diperhatikan dalam proses pengembangan kurikulum? Mari kita lanjutkan
kajian tentang pengembangan kurikulum
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum
adalah isi atas muatan kurikulum
itu sendiri. Ada dua hal yang harus
dipertimbangan dalam menentukan isi pengembangan kurikulum, yaitu rentangan
kegiatan, misi, dan visi sekolah.
1)
Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
2)
Pengembangan isi kurikulum biasanya
diawali dengan rancangan
kebijakan kurikulum, rancangan bidang studi, program
pengajaran, unit pengajaran dan rencana pembelajaran.
Guru sebagai pengembang kurikulum setidaknya harus memiliki kemampuan
untuk memilih bahan ajar yang akan di laksanakan di dalam pembelajaran. Bukan hanya itu, guru pun
melalui proses dalam menjalankan sebuah
kurikulum. Baik dari segi yang dirancanakan sesuai pedoman maupun yang tidak. Kurikulum bukan hanya sebatas
pembelajaran formal, tetapi juga seluruh pembelajaran yang ada dalam.
Saudara mahasiswa, kajian yang penting
untuk diketahui oleh seorang pendidik tentang
kurikulum adalah terkait
konsep kurikulum ideal dan kurikulum
aktual, serta kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Penjelasan dari konsep tersebut
dapat Anda baca pada paparan
berikut :
a.
Kurikulum ideal dan kurikulum aktual
Saudara
mahasiswa, dalam bahasan
sebelumnya, kurikulum bisa dijadikan
sebagai sebuah pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Bisa diartikan juga kurikulum sebagai acuan dan
landasan dalam melaksanakan sebuah proses belajar mengajar.
Sebagai sebuah pedoman,
kurikulum ideal
memegang peran yang sangat penting.
Melalui kurikulum ideal, guru detidaknya adapat menentukan hal-hal
berikut :
1)
Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki
oleh siswa
2)
Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai
untuk mencapai tujuan atau penguatan kompetensi
3)
Menyusun strategi pembelajaran
untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan
4)
Menentukan keberhasilan pencapaaian tujuan atau kompetensi
Saudara
mahasiswa, jika ada kurikulum yang menjadi acuan dan menjadi
standar maka kurikulum
yang terlaksana atau dilaksanakan di lapangan berdasarkan kurikulum standar itulah yang dinamakan
sebagai kurikulum actual.
Atau dengan kata lain kurikulum ini merupakan hal yang terlaksana di
lapangan.
b.
Kurikulum tersembunyi
Kurikulum pada hakektnya berisi
ide atau gagasan.
Ide atau gagasan
itu selanjutnya dituangkan
dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan logis yang memperhatikan unsur scope dan sequence, selanjutnya dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum yang
terencana (curriculum document or written curriculum) atau kurikulum ideal
yang berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Apakah dalam proses Pendidikan hanya tergantung dan dipengaruhi
oleh pedoman yang tertulis saja? Tentu saja tidak, sebab dalam proses pengembangan kurikulum dapat dipengaruhi oleh berbagai factor
baik yang dapat menghambat maupun mendukung proses pencapaian gagasan
atau ide itu. Segala sesuatu
yang tidak direncanakan atau tidak diprogramkan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku
siswa itulah yang dinamakan .
Ada dua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku sebagai hidden kurikulum itu, yaitu aspek yang
relative tetap dan aspek yang dapat berubah.
Aspek yang relative
tetap adalah ideologi,
keyakinan, nilai budaya
masyarakat yang mempengaruhi sekolah termasuk didalamnya menemukan budaya apa yang patut dan tidak patutu diwariskan kepada generasi bangsa.
Aspek yang dapat berubah meliputi variable organisasi
sistem social dan kebudayaan.
Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana
kenaikan kelas dilakukan. Sistem social
meliputi bagaimana pola hubungan social antara guru, guru dengan peserta
didik, guru dengan staf, sekolah dan lain sebagainya.
Menurut Bellack dan Kiebard (Subandijah, 1993), hidden Curriculum
memiliki tingkat
dimensi, yaitu :
· Hidden Curriculum dapat
menunjukkan suatu hubungan sekolah, yang meliputi
interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasional peserta didik
sebagai mikrokosmos sistem nilai social.
· Hidden Curiculum dapat
menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam
atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memilikinilai tambah,
sosialisasi pemeliharaan struktur kelas.
· Hidden Curriculum mencakup
perbedaan tingkat kesengajaan seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti,
tingkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental. Bahkan hal itu
kadang-kadang tidak diharapkan dari
penyususnan kurikulum dalam kaitannya dengan
fungsi social Pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas,
kurikulum disusun sebagai tujuan yang tidak
tertulis namun perlu dipertimbangkan setiap pencapaiannya dan ada unsur
tidak direncanakan sebuah kurikulum. Contohnya, apabila seorang guru sedang mengajar, kemudian hinggaplah kupu-kupu
di sekolah, maka hal tersebut sudah bagian
dari kurikulum. Namun, peristiwa semacam tadi kembali lagi kepada guru yang bisa memanfaatkan hal-hal sekitar untuk disambungkan ke dalam pembelajaran.
Saudara
mahasiswa, dalam sebuah pengembangan kurikulum
guru memerlukan beberapa
prinsip untuk mengembangkan kurikulum. Diantara beberapa prinsipnya adalah prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip efektivitas, prinsip
efisiensi. Adapun
penjelasannya adalah sebagai
berikut
·
Prinsip Relevansi
Saudara mahasiswa, kurikulum merupakan otaknya pendidikan
untuk mengarahkan siswa agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal sesuai
dengan kebutuhan zaman,
kebutuhan social masyarakat, dan juga kebutuhan lainnya. Dalam setiap
pengembangan kurikulum dibutuhkan sebuah prinsip
relevansi agar apa yang
dipelajari dapat sesuai dan sejalan
dengan pengalaman belajar yang didapat.
Ada beberapa jenis relevansi yaitu relevansi internal
dan relevansi eksternal. Relevansi internal bisa
diartikan sebagai setiap tujuan yang harus
dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi, atau metoda yang
digunakan serta alat penilaan untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal
ini menunjukkan keutuhan
suatu kurikulum yang akan diterapkan dalam kelas dan pembelajaran siswa.
Sedangkan relevansi eksternal
berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi dan
proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebuthan dan tuntutan masyarakat. Adapun yang harus
diperhatikan dalam prinsip relevansi eksternal adalah mengenai aspek relevan dengan lingkungan hidup peserta
didik, perkembangan zaman, dan tuntutan
dunia pekerjaan. Prinsip
relevansi ini berguna
agar peserta didik
dapat menggunakan ilmunya dalam
kehidupan sehari-hari.
· Prinsip Fleksibilitas
Saudara mahasiswa, terkadang apa yang diharapkan dalam
kurikulum ideal kadang
tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa jadi, salahsatu faktornya adalah kemampuan guru
yang kurang, kemampuan dasar siswa yang masih rendah,
atau mungkin sarana
dan prasarana yang
dimiliki oleh sekolah.
Kurikulum yang bersifat
fleksibel artinya kurikulum itu harus bisa dilaksanakan
dalam kondisi yang ada dan memungkinkan
untuk dilaksanakan. Apabila kurikulum tidak memiliki fleksibilitas yang memadai, maka kurikulum akan sulit diterapkan.
Fleksibilitas kurikulum bisa dipandang dalam guru dan
peserta didik. Kurikulum
diharapkan bisa fleksibel bagi guru dan fleksibel bagi peserta didik. Untuk guru, fleksibilitas didapat
dari kemudahan cara mengajar, sedangkan untuk peserta didik, diharapkan kurikulum
dapat mengakomodasi minat dan bakat daripada peserta
didik.
· Prinsip Kontinuitas
Saudara mahasiswa, kurikulum ini harus memiliki efek
kesinambungan antara jenjang
satu kepada jenjang
lainnya. Prinsip kontinuitas ini diperlukan adanya kerjasama antara pengembang kurikulum
antar jenjang sehingga terjaga
tujuan dan pelaksanaannya. Selain itu, materi
yang ada di dalam kurikulum diharapkan bisa memiliki
ketersambungan dengan mata pelajaran
lain.
· Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu
kurikulum dapat dilaksanakan dan
dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Ada dua hal yang berkaitan dengan efektifitas ini adalah efektivitas yang berhubungan
dengan kegiatan guru, dimana guru dapat menyelesaikan berbagai macam rencananya. Adapun siswa dapat melaksanakan berbagai
kegiatan sesuai dengan minat
dan bakat siswa.
·
Prinsip Efisiensi
Efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi apabila dengan arana. Biaya yang minimal
dan waktu yang terbatas dapat
memperoleh hasil yang maksimal. Berapapun bagusbagus dan idealnya suatu kurikulum, manakah menurut
peralatan, sarana dan sarana yang sangat
khusus serta mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis
dan sukar untuk
dilaksanakan. Kurikulum harus dapat dirancang
untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
Saudara Mahasiswa, sekarang kita sudah
masuk kajian tentang Faktor-faktor apa saja yang nantinya
akan berpengaruh terhadap
implementasi kurikulum. Kajian
penting karena akan memberikan panduan
bagi guru bagaimana
mengimplementasikan suatu kurikulum secara benar. Sebelum
mengetahui tentang factor-faktor apa saja yang berpengaruh
dalam implementasi kurikulum, mari kita ingat
kembali tentang apa itu implementasi kurikulum. Implementasi kurikulum menurut
kamus Oxford for learner, berarti put something into effect / penerapan ide yang
memberikan efek. Menurut Beauchamp (1975), implementasi kurikulum di dalamnya merupakan sebuah jembatan antara
ide dan aplikasi. Hal ini berarti memiliki dua makna yaitu implementasi sebagai
instrumen ataupun sebagai
proses. Jembatan antara ide dan aplikasi
adalah sebuah langkah
praktis dari perwujudan dari silabus, rencana
pengajaran, ke dalam kegiatan di dalam kelas.
Proses implementasi ini mempengaruhi berbagai
macam pengetahuan dan pengalaman ke dalam
kelas.
Adapun, dalam proses pelaksanaan sebuah
implementasi, Oemar Hamalik (2010) memberikan batasan pokok kegiatan
dalam implementasi diantaranya adalah :
1. Pengembangan
program yang mencakup program tahunan, semester, triwulan, bulanan,
dan harian serta konseling atau remedial
2. Pelaksanaan
pembelajaran yakni proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan yang lebih baik
3. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum mencakup penilaian
keseluruhan secara utuh untuk keperluan
evaluasi pelaksanaan kurikulum
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa implementasi kurikulum merupakan
kegiatan praktis pembelajaran yang
dilaksanakan atas dasar kajian silabus
dan juga kajian peserta didik. Maka dari itu,ada proses-proses yang harus dilaksanakan dan ada hal-hal
yang bisa mempengaruhinya.
Menurut
Chaudry (2015) faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum adalah faktor guru, peserta didik, sarana dan fasilitas, lingkungan
sekolah, peminatan grup, budaya dan ideologi, supervisi
pembelajaran, dan proses asesmen
sebelum pelaksanaan sebuah implementasi kurikulum. Untuk lebih jelas, mari kita
bahas satu persatu.
Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi implementasi Kurikulum
·
Faktor Guru
Saudara Mahasiswa, faktor guru merupakan
faktor penting dalam implementasi
kurikulum. Guru merupakan orang yang secara langsung bersentuhan dengan murid dan melakukan proses pembelajaran
dengan peserta didik. Adapun
Altichter (dalam Katuuk) menyatakan bahwa kompetensi yang penting yang harus ada dalam jiwa guru adalah kompetensi sebagai
guru dan juga perilaku, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan kualitas hubungan
rekan sejawat. Meskipun
guru merupakan orang yang berperan
penting dalam implementasi kurikulum, namun guru juga baiknya memiliki pengetahuan mengenai proses perencanaan kurikulum sehingga guru
dapat menerjemahkan kurikulum ke dalam realitas
di lapangan. Hal ini juga senada dengan
apa yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik
yaitu tentang pentingnya pengetahuan guru mengenai kurikulum. Guru memandang kurikulum bukan hanya sebagai
seperangkat mata pelajaran, tetapi juga sebagai
seperangkat pembelajaran yang harus dikembangkan dan
disesuaikan dengan peserta
didik.
·
Faktor Peserta didik
Peserta didik memiliki
peranan penting dalam implementasi kurikulum. Selain merupakan hasil atau subjek daripada pendidikan, peserta
didik memiliki lingkungan yang
berbeda. Kualitas peserta didik, kemudian latar belakang
ekonomi, keluarga, dan juga kecenderungan peserta didik. Lalu, ada satu hal yang bisa
dilakukan peserta didik adalah melakukan serangkaian seleksi terhadap
pengalaman belajar yang dibutuhkan
oleh peserta didik dalam implementasi kurikulum. Peserta didik bisa memilih sendiri pengalaman belajar yang diinginkan
dan diterima, tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kurikulum secara resmi.
·
Faktor Sarana dan Fasilitas
Keberadaan sarana dan fasilitas menjadi salahsatu faktor
penunjang. Coba Anda perhatikan,
bagaimana jadinya pembelajaran bisa menjadi lebih bermakna
dan memiliki tingkat
kesadaran tinggi apabila
tidak ada media pembelajaran, buku teks, dan
alat-alat lainnya. Selain sekolah yang harus menyediakan, lingkungan masyarakat atau pemerintah setempat bisa digunakan untuk menunjang
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk berlajar seperti
perpustakaan, laboratorium, sportorium, dan berbagai macam
lingkungan yang dapat digunakan untuk melaksanakan implementasi kurikulum. Karena keberadaan sarana dan fasilitas
memiliki pengaruh yang baik
untuk mengingat pengalaman belajar yang
dilakukan oleh peserta didik.
·
Faktor Lingkungan Sekolah
Saudara mahasiswa, lingkungan sekolah tentu akan mempengaruhi dalam implementasi kurikulum. Anda bisa memperhatikan, lokasi lingkungan
sekolah, lingkungan sosial dan ekonomi, dan beberapa hal terkait manusia dan sumber daya, maka itulah
lingkungan sekolah yang akan mendukung proses
pengimplementasian kurikulum. Coba anda
bandingkan lingkungan sekolah
yang berada di perkotaan dan di pedesaan. Pengimplementasian kurikulum
akan berbeda cara dengan lingkungan yang berbeda. Lingkungan sekolah, bukan hanya soalan mengenai kondisi fisik, namun juga kondisi
mental dalam suatu sekolah. Lingkungan sekolah juga dipengaruhi oleh
budaya ilmu yang terbentuk dari kebiasaan
dari para guru atau budaya ilmu suatu sekolah. Sebaiknya, kepala sekolah dan guru membuat
sebuah budaya baru dalam lingkungan sekolah.
·
Faktor Budaya dan Ideologi
Saudara Mahasiswa, telah kita ketahui bersama bahwa setiap
daerah memiliki budaya dan ideologi
tertentu. Sudah seharusnya kurikulum bisa diimplementasikan dengan mengintegrasikan antar kebudayaannya. Implementasi kurikulum yang baik adalah dimana kurikulum
tidak mencabut akar budaya masyarakat sekitanya. Budaya masyarakat merupakan sebuah tuntutan dimana peserta didik
tinggal. Peribahasa yang menyatakan bahwa “dimana langit
dipijak, disitu langit
dijunjung” merupakan budaya-budaya yang didahulukan dan disesuaikan dengan kurikulum agar bisa menguatkan budaya di masyarakat.
Saudara mahasiswa, selain faktor-faktor
yang telah dijabarkan di atas ada juga
faktor lain yang mempengaruhi dalam implementasi kurikulum yaitu faktor perencanaan yang mencakup mengenai
penilaian awal sebuah perencanaan pembelajaran dan faktor evaluasi yang
harus dilaksanakan secara terus menerus untuk
mengetahui sejauh mana efektvitas implementasi kurikulum terutama di ruang kelas. Kesemua
faktor tersebut harus betul-betul dipahami
bagi seorang guru sebelum
mengimplementasikan sebuah kurikulum karena akan digunakan sebagai sebuah pertimbangan untuk guru dalam
merancang dan mengimplementasikan sebuah kurikulum di sekolah. Untuk memperlajari lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
dapat diakses pada link
berikut: http://bit.ly/2qySxz6
f. Strategi penerapan
kurikulum dan tantangannya di masa depan
Saudara Mahasiswa, sekarang kita akan mengkaji terkait
dengan strategi dalam penerapan
kurikulum dan tantangannya di masa depan. Sebelum kita mengkaji
lebih jauh terkait materi ini, Anda perlu merenungkan kalimat bijak berikut
agar membuka pikiran
Anda dalam menghayati sebuah perubahan tentunya
dalam hal perubahan kurikulum. Perubahan
itu sebuah keniscayaan. Tidak ada yang tidak
akan berubah kecuali perubahan
itu sendiri. – Heraclitus
Saudara mahasiswa, keberadaan masa depan
merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Apa yang kita ajarkan hari ini, tentunya
akan dipakai oleh peserta didik di masa depan. Sudah sewajarnya
guru menjadi seorang futuris yang juga selalu
berhipotesis dengan masa depan. Lalu bagaimana strategi dalam penerapan kurikulum yang harus Anda pahami sebagai
seorang guru profesional? Strategi dalam penerapan
kurikulum dipengaruhi oleh kesiapan mental guru dalam menyikapi perubahan
yang akan terjadi
di masa depan, sehingga kita perlu mengkaji tantangan-tantangan apa saja di
masa depan yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan strategi dalam penerapan kurikulum.
a.
Kesiapan guru menerima perubahan
Saudara mahasiswa, diantara banyaknya perubahan
yang terjadi dengan
cepat, terkadang kita sulit untuk berubah dan mau berubah. Contohnya
sulit berubah dan cara mengajar yang begitu-begitu saja tanpa menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Lalu pertanyaannya adalah “mengapa guru sering dianggap mengalami sebuah
resistensi terhadap perubahan?” Salah satu
jawabannya, ada dalam sebuah riset yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Zimmerman. Zimmerman mengatakan bahwa
resistensi yang dialami oleh guru
dikarenakan model mental yang sudah tertanam dalam jiwa guru dan penolakan terhadap perubahan. Pertama, model mental yang dimaksud adalah sebuah peta individu atau
organisasi untuk membantu mereka tidak hanya membuat
sebuah pemaknaan dalam
memahami konteks keadaan
dunia yang sebenarnya. Model mental ini tidak hanya dibentuk oleh individu, namun
juga dibentuk oleh
sistem. Kedua, hal itu merupakan
penolakan
terhadap perubahan itu sendiri, karena proses penolakan
ini merupakan sebuah
rasa kehilangan.
Akibat
dari resistensi terhadap
perubahan yang cenderung
sudah mengakar kuat dalam diri
guru, membuat guru memasuki sebuah zona yang
disebut zona nyaman dan cenderung sulit untuk meninggalkan. Dalam zona ini, guru akan cenderung enggan melakukan sebuah perubahan karena perubahan selalu memerlukan sebuah proses berpikir
dan memerlukan sebuah usaha-usaha baru yang dianggap
merusak sebuah tatanan
kenyamanan. Maka, untuk mengantisipasi tidak terjadinya perubahan yang diharapkan, diperlukan kondisi perubahan
mental yang kuat dan perubahan model
mental .
b.
Keterbukaan pola berpikir
Saudara
mahasiswa, perubahan yang mendasar terdapat
pada perubahan pola pikir
untuk menerima perubahan dan kurikulum. Pola pikir mempengaruhi berbagai macam perilaku yang dihasilkan oleh manusia. Sebuah pola pikir tetap (Fixed Mindset) menganggap bahwa karakter,
kecerdasan, dan kreativitas merupakan sebuah bawaan,
namun ada pola pikir lain yang menyatakan bahwa setiap
kegagalan merupakan sebuah tantangan yang akan berfungsi untuk bertumbuh (Growth Mindset). Berikut merupakan perbedaannya( Dweck, 2006).
Tabel 3. Perbedaan Fixed Mindset dan Growth Mindset
Aspek |
Fixed Mindset |
Growth Mindset |
Tantangan |
Menghindari tantangan |
Menyukai tantangan |
Rintangan |
Mudah Menyerah |
Bertahan
dalam menghadapi rintangan |
Usaha |
Melihat
Usaha sebagai kesia-siaan |
Melihat
usaha sebagai jalan menuju menjadi hebat |
Kritik |
Mengabaikan
kritik yang membangun |
Belajar dari kritik |
Kesuksesan
Orang lain |
Merasa
terancam oleh kesusksesan orang
lain |
Mengambil pelajaran dan inspirasi
dari kesuksesan oranglain |
Hasil |
Tidak
berkembang dan meraih jauh di bawah
dari yang seharusnya bisa diraih |
Mencapai potensi
maksimal dari mereka |
Konsekuensinya, manusia dengan pola pikir tetap akan sulit untuk mencapai keinginan karena sudah menetap
dan lambat. Sedangkan orang yang memiliki
pola pikir bertumbuh, akan selalu bisa bertahan dalam kondisi apapun karena selalu bertumbuh dan bisa
menyesuaikan dengan berbagai macam
cara. Padahal, sebenarnya manusia bisa bertahan dengan usaha yang kuat, tahan terhadap kritik dan pujian,
serta siap menghadapi tantangan. Pola pikir
ini perlu dibawa dalam ruang kelas dan pembelajaran. Setiap waktu, guru selalu menghadapi berbagai perubahan
kecil di dalam ruang kelas. Hanya saja,
ini dikembalikan kepada
guru apakah hendak menggunakan fixed mindset
atau growth mindset? Mari direnungkan pilihan apa yang harus dipilih
bagi seorang guru profesional?
Saudara mahasiswa, salah satu sifat kurikulum adalah harus menyesuaikan dengan
masa depan. Berbeda dengan pola bermain judi, hanya saja sebagai
pendidik, kita harus mempersiapkan generasi
yang sebaik-baiknya tanpa kita ketahui
masa depan seperti
apa yang akan terjadi di masa mendatang. Beberapa ahli telah banyak menggambarkan dunia masa
depan dan prediksinya, mulai dari dunia yang mengalami sebuah percepatan, lebih fleksibel, banjir
pengetahuan, hingga ancaman
robot akan menggantikan fungsi manusia, dan itu perlahan
sudah mulai dirasakan. Zaman yang berubah
semakin cepat, kita juga menghadapi
sebuah tantangan untuk
redefinisi landasan pendidikan sebagaimana yang disampaikan pada kegiatan belajar
1 yang akan berdampak kepada perubahan syarat
keterampilan untuk memecahkan masalah, berinovasi dan untuk menggapai sukses.
Lain halnya apabila kita mulai belajar
untuk menemukan pola prediksi di masa
depan. Salahsatunya adalah dengan adanya sebuah percepatan pengetahuan. Pengetahuan menjadi cepat
untuk berkembang dan juga cepat
menjadi using, tempo
perubahan social tidak diimbangi dalam dunia Pendidikan yang pada
akhirnya pelajar dan mahasiswa kini lebih banyak
menggunakan internet (Piliang, 2004). Era ini perlahan sudah mulai kita rasakan. Menurut
Yasraf Amir Piliang,
prinsip fleksibilitas
merupakan sebuah kesadaran tinggi akan pentingnya peran individu dan jaringan dalam
membangun pengetahuan. Sikap
fleksibilitas akan membangun sikap proaktif dalam membangun sebuah makna sendiri,
Mau tidak mau, pembelajaran harus mengalami perubahan
dari yang konvensional kepada pembaruan model pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan. Di masa depan (dan mungkin
juga sudah dimulai dari sekarang), peranan
guru di kelas akan menjadi sesuatu yang harus kembali didefinisikan. Menurut anda, akankah guru tergantikan
oleh peranan mesin pencari dan berbagai macam teknologi daring?
Tantangan kurikulum dalam konteks ke
Indonesiaan di masa mendatang berdasar
pada kondisi Indonesia dengan banyak pulau yang luas dan berbagai macam budaya. Kita bisa memandangnya sebagai anugrah dan juga sebagai
tantangan dalam pemerataan Pendidikan. Setiap daerah memiliki sebuah
konteks yang harus dipertimbangkan.
Inilah yang menjadi salahsatu factor pembeda khas antara Indonesia
dengan negara lain yang dipandang maju dalam Pendidikan. Adapun
tantangan kurikulum yang harus
dihadapi adalah :
1) Bonus demografi
Saudara mahasiswa, menurut
prediksi Bappenas, pada tahun 2030-2040 Indonesia akan mengalami sebuah bonus demografi. Bonus demografi adalah
keadaan dimana sumber daya manusia dalam usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari pada usia non produktif.
Sedangkan di negara lain, sedang terjadi
sebuah proses aging people (dimana
jumlah penduduk non produktif memiliki jumlah
lebih banyak). Hal ini perlu menjadi perlu
menjadi perhatian praktisi
di bidang Pendidikan, untuk menekankan dan bekerjasama bagaimana
membangun generasi selanjutnya. Dengan adanya bonus demografi, diharapkan masyarakat Indonesia, terutama
praktisi bidang Pendidikan, bisa memanfaatkan momentum
ini. Bonus demografi merupakan sesuatu
yang harus dipersiapkan dari sekarang. Bonus demografi bisa menjadi anugerah apabila bisa dikelola
secara baik. Keadaan bonus demografi Indonesia
pun tidak luput dari masalah.
Diantara permasalahan bonus demografi
adalah tingkat pemerataan pendidikan yang masih rendah.
Masing- masing rerata
wilayah terdapat di beberapa daerah sehingga perlu diadakan sebuah kajian khusus per Kawasan daerah.
Permasalahan ini baiknya bisa diselesaikan dengan kerjasama berbagai
macam pihak seperti
psikolog, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan lain sebagainya. Jika masalah ini dibiarkan
saja berlarut-larut tanpa adanya sebuah sebuah solusi, maka bonus demografi bisa menjadi bencana tersendiri untuk Indonesia.
2) Teknologi di ruang
kelas
Saudara
mahasiswa, seperti yang dinyatakan oleh Friedman, perkembangan teknologi terlampau cepat namun kemampuan
kita untuk beradaptasi masih belum mencukupi.
Perubahan teknologi yang begitu cepat selama
tujuh tahun, baru bisa dikejar dalam lima belas tahun ketertinggalan. Dalam iklim teknologi yang serba cepat dan
instan, orang-orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman, akan mengalami
distorsi akan arah hidupnya. Bisa dilihat dalam grafik di bawah ini
Sumber gambar : https://images.app.goo.gl/U18a9modzb8QV8KPA
Untuk
mengatasi kesenjangan antara adaptasi manusia
dengan perkembangan teknologi
adalah dengan adanya
akselerasi proses belajar
agar manusia dapat
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Salahsatu cara dalam mengakselerasi proses adaptasi adalah dengan mengalukan integrasi teknologi di ruang kelas, tentu disesuaikan dengan
kebutuhan anak untuk belajar bersama
teknologi. Perubahan penggunaan teknologi di ruang kelas akan berpengaruh kepada fungsi guru di dalam kelas.
Sehingga dalam mengimplementasikan
teknologi di ruang kelas, guru harus menyadari dan memperhatikan aspek-aspek dalam pengolahannya tanpa merasa peran
guru digantikan oleh peran teknologi. Dalam proses ini ada sebuah integrase teknologi yang akan mensinergikan antara
materi pembelajaran dan strategi pembelajaran (Pujiriyanto: 2012).
3)
Globalisasi dan perubahan
kebijakan pendidikan
Saudara mahasiswa, sudah tidak asing
dengan kata globalisasi bukan? Globalisasi
bukan globalisasi ini bukan merupakan sebuah konsep yang satu tetap memiliki makna yang berbeda.
Namun, globalisasi adalah salahsatu penggerak
utama perubahan social, ekonomi, politik, dan, dan budaya dalam satu atau lain cara (Piliang, 2018). Globalisasi merupakan
sebuah Dengan
konsep The World is
Flat, kita tidak lagi hidup dalam sekat-sekat geografis, Di masa globalisasi, Perataan dunia
membuat kita mudah untuk berbagi pekerjaan,
berbagi pengetahuan, dan juga berbagi hiburan. Globalisasi ini memberikan sebuah efek ketenagakerjaan yang tidak pasti dari soalan ketidakpastian.
Dampak dari globalisasi yang menuntut
perubahan, maka pemerintah seperti
“berusaha” untuk menyesuaikan pendidikan sehingga akan terjadi perubahan
kurikulum. Namun, meskipun
kurikulum berganti-ganti dan pemerintah
mengganti kebijakan, faktor penentu ada pada guru itu sendiri. Indonesia
merupakan negara yang besar dan cukup kompleks,
dan membutuhkan beberapa
perubahan revolusioner (Purwanto, 2008). Arah pendidikan ini merupakan jawaban
permasalahan atas permasalah pendidikan klasik di Indonesia yaitu pemerataan pendidikan di seluruh
Indonesia.
4)
Pendidikan abad 21
Kajian terkait pendidikan abad 21 akan Anda temui secara
lengkap pada kajian
modul selanjutnya yaitu modul 2. Pada bagia ini sekilas
akan difokuskan pada bagaimana pendidikan abad 21 akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Menurut UNESCO
tujuan pendidikan di abad 21 membutuhkan berbasis
sintesis yang tinggi,
sebuah keterpaduan baru, kebutuhan
individual adan tanggungjawab sosial. Berdasarkan hal tersebut menurut Jenifer Nichols ada beberapa
prinsip yang harus diterapkan dalam kurikulum
masa depan yaitu a) pembelajaran harus selalu menjadi berpusat pada peserta didik yang menjadi pusat
belajar dan pusat kegiatan belajar sedangkan
guru menjadi fasilitator, b) pendidikan harus selalu berkolaborasi dengan
lembaga lain, untuk meningkatan berbagai
mutu pendidikan selain itu menambah
keilmuan bidang-bidang tertentu
yang tidak didalami
dalam kurikulum. c) belajar
harus memiliki konteks dimana dalam sebuah proses pembelajaran harus
bisa dikaitkan dengan berbagai
macam kasus dalam kehidupan sehari-hari sehingga belajar itu memiliki pijakan
yang nyata untuk
anak, d) sekolah
harus berintegrasi dengan
lingkungan sosial masyarakat.
Jangan sampai
sekolah mencabut akar-akar kemasyarakatan, tapi sekolah
juga menyambungkan antar
elemen masyarakat dengan
kegiatan-kegiatan.
5.
Forum Diskusi
Saudara
mahasiswa untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi yang telah disampaikan
di atas, Coba Anda diskusikan kajian berikut
dengan teman-teman kelompok di kelas !
Memasuki era revolusi industry
4.0, manusia dituntut
untuk menguasai kompetensi Critical thinking skills, Creative, Communicative, dan Collaborative (4C).
Diskusikan bersama kelompok, apakah implementasi kurikulum yang selama ini Anda terapkan di sekolah sudah
membekali peserta didik untuk menguasai kompetensi 4C? kemudian buatlah
rancangan pengembangan kurikulum
yang didalamnya memuat
komponen kurikulum (tujuan, metode,konten, dan evaluasi) untuk mencapai
kompetensi 4C tersebut!
1.
Rangkuman
a.
Konsep kurikulum menurut pandangan
para ahli dapat dipandang dari tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai
mata pelajaran, kurikulum
sebagai kegiatan pengalaman dan kurikulum sebagai perencanaan.
b.
Perkembangan kurikulum yang terjadi
di Indonesia setelah
Indonesia merdeka pada tahun
1945, setidaknya kita telah mengalami sepuluh
kali perubahan kurikulum. Mulai
dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004,
KTSP 2006 dan kurikulum 2013.
Indonesia telah banyak
belajar dari kurikulum-kurikulum tersebut. Dari kesepuluh
kurikulum tersebut jika dilihat dari jenisnya terbagi
menjadi 3 yaitu
: 1) kurikulum
sebagai rencana pelajaran
(kurikulum 1947 – 1968), 2) kurikulum
berbasis pada pencapaian tujuan (kurikulum 1975 – 1994) dan 3) kurikulum
berbasis kompetensi (kurikulum 2004 –
2013).
c.
Peran utama dari kurikulum
yang dinilai sangat penting, yaitu peran konservatif,
kreatif dan kritis evaluatif. Peran
kurikulum harus berjalan seimbang dan
harmonis, agar dapat sesuai dan memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak maka dalam implementasinya akan terjadi ketimpangan atau ketidaksesuaian
yang berdampak pada kegagalan dari suatu implementasi yang tidak membekalkan secara tepat kepada siswa terkait
apa yang di pelajari,
bagaimana mempelajari dan mengapa dipelajari.
Menyelaraskan ketiga peranan tersebut
menjadi tanggung jawab semua pihak dalam proses pendidikan termasuk
guru sebagai ujung tombak
pelaksana kurikulum.
d.
Kurikulum pada dasarnya merupakan
suatu sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Karena antar komponen saling berhubungan
dan saling mempengaruhi dalam rangka pencapaian tujuan. Komponen-komponen kurikulum diistilahkan sebagai anatomi kurikulum
yang terdiri dari komponen tujuan, isi, aktivitas belajar dan evaluasi yang digambarkan sebagai suatu keterpaduan.
e.
Tantangan kurikulum yang harus
dihadapi di era masa depan adalah bonus demografi,
teknologi di ruang kelas, globalisasi dan perubahan kebijakan pendidikan, pendidikan abad 21.
2.
Tes formatif
Pilihlah salah
satu jawaban yang paling tepat dari
pertanyaan berikut :
1.
Kurikulum sebagai seluruh aktivitas
peserta didik baik yang dilakukan
di dalam maupun di luar kelas berarti....
A.
Menyusun daftar mata pelajaran
yang harus dipelajari
oleh siswa selama
menempuh pembelajaran di kelas
B.
Menyusun rancangan kunjungan ke kebun binatang untuk
menyelesaikan projek
pembelajaran sain
C.
Menyusun aktivitas pembelajaran yang disajikan dalam RPP untuk
menjadi dokumen sekolah
D.
Menyusun modul pembelajaran yang memuat aktivitas belajar siswa
E.
Menyusun daftar isi bahan pembelajaran agar mudah dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran
2.
Kurikulum Indonesia telah mengalami
perubahan sebanyak sepuluh kali. Jika
dikelompokkan dalam jenisnya, kurikulum yang dikembangkan pada tahun 2004-2013,
termasuk jenis kurikulum …
A.
Kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan
B.
Kurikulum berbasis pada pencapaian proses
C.
Kurikulum sebagai rencana
pelajaran
D.
Kurikulum berbasis pada kompetensi
E.
Kurikulum berbasis konten pembelajaran
3.
Nilai-nilai kehidupan dan budaya dalam masyarakat senantiasa berkembang, maka peran kurikulum
tidak hanya mewariskan nilai dan
budaya melainkan juga berperan untuk menilai dan memilih
nilai budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan. Penjelasan tersebut merupakan …
A.
Peran konservatif
B.
Peran kritis dan evaluatif
C.
Peran kreatif
D.
Peran social
E.
Peran sumatif
4.
Di bawah ini merupakan kajian
pokok implementasi kurikulum, kecuali ...
A.
Mengembangkan program
B.
Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran
C.
Pengembangan kurikulum
D.
Evaluasi proses yang dilaksanakan
E.
Merancang dokumen
kurikulum
5.
Kurikulum bukan hanya dipandang sebagai
seperangkat mata pelajaran
dan silabus, namun juga harus dipandang sebagai …
A.
Seperangkat alat pembelajaran yang harus disesuaikan dengan peserta didik
B.
Seperangkat dokumen yang harus dilaksanakan
C.
Rincian jadwal pelajaran
D.
Materi yang harus disampaikan kepada
peserta didik
E.
Seperangkat tujuan pembelajaran
6.
Dalam pelaksanan kurikulum 2013,
peserta didik memerlukan berbagai macam sumber literasi untuk menunjang berbagai
macam bacaan dan literasi.
Namun, masih ada sekolah yang tidak memilikinya. Hal tersebut merupakan
hambatan dari salah satu factor …
A.
Factor lingkungan sekolah
B.
Factor sarana dan fasilitas
C.
Factor budaya dan ideologi
D.
Factor administrasi
E.
Faktor sekolah
7.
Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh seorang guru dalam mengembangkan
kurikulum yaitu tujuan Pendidikan nasional, visi, misi, tujuan yang diharapkan masyarakat. Hal ini
berarti …
A.
Guru menyusun program pembelajaran di kelas diterjemahkan ke dalam sebuah tujuan nasional
B.
Guru menyusun program pembelajaran menyesuaikan dengan kurikulum
yang ada berdasarkan tujuan yang ditetapkan.
C.
Guru menyusun program pembelajaran dengan mengacu kepada
tujuan Pendidikan nasional,
visi, misi, tujuan
juga disesuaikan dengan
kondisi masyarakat
D.
Guru melakukan pembelajaran hanya
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
E.
Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pengalamannya yang menurutnya penting.
8.
Menurut Friedman, perkembangan
teknologi begitu cepat namun manusia belum bisa mengimbangi percepatan perkembangan teknologi. Dalam pengembangan
sebuah kurikulum, fenomena tersebut bisa diartikan dan digunakan untuk …
A.
Identifikasi perkembangan zaman, sehingga
pembelajaran harus mengikuti perkembangan teknologi.
B.
Mengidentifikasi perkembangan teknologi, menyiapkan strategi
antisipasi untuk mengejar ketertinggalan dalam beradaptasi
dengan teknologi
C.
Mengintegrasikan teknologi ke ruang kelas dan memberikan penjelasan cara penggunaannya
D.
Guru tidak melarang, membatasi, maupun memberikan edukasi
E.
Memberi kebebasan belajar
dengan HP
9.
Seperti apa yang dikatakan oleh
Friedman, perkembangan teknologi begitu cepat
namun manusia belum bisa mengimbangi percepatan perkembangan teknologi. Sebagai seorang guru, maka yang
harus dilakukan dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan teknologi adalah …
A.
Tidak menganjurkan peserta
didik untuk membawa
alat teknologi
B.
Membebaskan
peserta didik menggunakan alat teknologi di dalam kelas
C.
Mengintegrasikan teknologi ke ruang kelas dan memberikan penjelasan cara penggunaannya
D.
Guru tidak melarang, membatasi, maupun memberikan edukasi
E.
Memberi kebebasan belajar
dengan HP
10. Dalam
kurikulum 2013, terdapat integrasi antara ilmu pengetahuan dan karakter.
Hal ini sesuai dengan arah baru program
baru UNESCO yaitu …
A.
Ekonomi, manusia, lingkungan, dan sosial diintegrasikan
B.
Pikiran dan benda terintegrasi dalam
pengembangan
C.
Sains dan nilai religius terintegrasi
D.
Pendidikan merupakan
integral dari semua perkembangan
E.
Pendidikan untuk semua
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban
Tes Formatif KB 4 yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Selanjutnya, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Saudara terhadap
materi Kegiatan Belajar
4.
Arti tingkat
penguasaan : 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih,
selamat! Saudara dapat meneruskan
pada modul selanjutnya yaitu modul 2. Namun ,jika masih di bawah
80%, Saudara harus mengulangi materi
Kegiatan Belajar 4, terutama pada bagian yang belum
dikuasai.